Kamis, 30 April 2009

masalah sosial indonesia

Bagi negara-negara sedang berkembang, masalah ketimpangan distribusi pendapatan pada umumnya dijumpai pada tahap-tahap awal proses pembangunan nasionalnya. Hal itu disebabkan pada tahap tersebut perhatian lebih difokuskan pada usaha mengjar pertumbuhan ekonomi yang pesat melalui peningkatan GNP. Beberapa ahli ekonomi pembangunan memang ada yang berpendapat bahwa ketimpangan distribusi pendapatan merupakan realita yang harus ditoleril sebagai harga yang perlu dibayar untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pendapat tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan adanya realita masih cukup banyaknya penduduk yang tetap hidu dalam kondisi kemiskinan ditengah laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara nasional. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi secara nasional tidak selalu identik dengan lenyapnya kemiskinan. Salah satu penyebabnya adalah bahwa mekanisme tetesan kebawah atau (tricle down effect) yang semula diyakini oleh beberapa pihak sebagai salah satu strategi yang tepat untuk memerangi kemiskinan ternyata tidak selalu berjalan seperti yang diinginkan, disamping itu, menyerahkan prosese kehidupan ekonomi pada mekanisme pasar dalam kenyataannya selalu kurang menguntungkan lapisan sosial ekonomi rendah.
Pertumbuhan yang sangat pesat, mendorong perubahan sosial yang terjadi di dalam struktur masyarakat. Perubahan sosial yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar mengakibatkan terjadinya gejolak di dalam struktur masyarakat sebagian masyarakat mampu untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut, akan tetapi sebagian masyarakat pula ada yang kurang mampu untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Masyarakat yang tidak mampu menyesuaikan tentu akan tersingkir dari sistem atau pola-pola yang berubah. Akibat tidak bisa menyesuaikan tersebut, maka timbullah masalah sosial, Masalah sosial muncul karena individu gagal dalam proses sosialisasi atau karena individu memiliki beberapa cacat dalam bersikap dan berperilaku tidak berpedoman pada nilai-nilai sosial dan nilai-nilai kepercayaan yang ada dalam masyarakat. misalnya saja gepeng (gelandangan dan pengemis), Gepeng sebagai salah satu masyarakat yang kurang mampu menyesuaikan dengan perubahan merupakan suatu fenomena yang masih menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum mampu untuk ditemukan pemecahan masalahnya.
Untuk mengetahui sumber masalahnya dijumpai dua jawaban yang berbeda. Yang pertama menyatakan bahwa gepeng adalah kondisi yang disebabkan karena beberapa kekurangan dan kecacatan individual baik dalam biologis, psikologis maupun cultural yang menghalangi seseorang memperoleh kemajuan dalam kehidupannya. Jawaban kedua menunjuk faktor structural sebagai penyebabnya. Seseorang menjadi gelandangan dan pengemis karena berada dalam lingkungan masyarakat yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : distribusi penguasaan resources yang timpang, gagal dalam mewujudkan pemerataan kesempatan dalam memperoleh kesempatan pendidikan, institusi sosial yang melahirkan berbagai bentuk diskriminasi, perkembangan industry dan teknologi yang kurang membuka kesempatan kerja.
Menurut pendekatan pertama, gepeng merupakan akibat dari sifat malas, kurangnya kemampuan intelektual, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan dan kurangnya kemampuan menanggapi persoalan di sekitarnya. Pendek kata gepeng lebih dilihat dari cacat dan kelemahan individual. Sebagai misal, karena mempunyai sifat pemalas akan menjadi segan untuk bekerja keras guna meningkatakan taraf kehidupan. Demikian juga karena kemampuan intelektual dan pengetahuannya rendah mengakibatkan kurang mampu mengantisipasi peluang ekonomis yang terbuka. Dilain pihak, pendekatan kedua lebih melihat masyarakat merupakan bagian dari sisitem dan strukturnya sebagai penyebab masalahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar