Jumat, 12 November 2010

KEMAMPUAN BEKERJA SOSIAL
Bagi pekerja sosial, kunci untuk bekerja efektif dengan klien adalah dengan mengembangkan keahlian dalam kemampuan dasar komunikasi. Pengejaran ini melibatkan pendidikan akademik formal, pelatihan profesional, pengawasan, dan keseluruhan komitmen untuk mengembangkan kemampuan bekerja sosial. Selama proses wawancara, pekerja sosial berhubungan dengan klien melalui penggunaan tanggapan empati seperti gambaran perasaan, pengaturan kata, dan mengatur perilaku. Mempergunakan kemampuan bekerja sosial dengan efektif memerlukan lebih dari hanya sekedar mengetahui kemampuan; pekerja sosial harus menentukan kapan dibutuhkan untuk mempergunakan kemampuan dengan mengikatkan tanggapan pada klien. Tingkatan kemampuan ini memerlukan kemampuan yang memerlukan perhitungkan untuk dikembangkan, tetapi hal tersebut bisa dipelajari. Walaupun pekerja sosial yang baru di bidangnya umumnya bergulat untuk memberikan tanggapan yang terbaik kepada klien, mewawancara klien menjadi sebuah kesempatan untuk menempatkan tindakan terhadap nilai-nilai profesi pekerjaan sosial.
Kemampuan mewawancara dalam pekerjaan sosial melibatkan semua disiplin untuk diterapkan dan kepercayaan bahwa anda akhirnya akan mengembangkan sejumlah kemampuan yang memungkinkan anda untuk lebih kedepan dengan rasa percaya diri dan kepastian. Semakin siap diri anda, semakin sedikit anda merasa terasing dan lebih anda menerapkan maka akan semakin anda merasa nyaman. Bab ini memperkenalkan anda pada dasar kemampuan mewawancara dan mengatur perilaku yang merupakan langkah pertama kearah pengejaran karir jangka panjang yang menakjubkan dalam membantu sebuah hubungan.

KEMAMPUAN MEWAWANCARA
Tanggapan Pengarahan
Sebelum kita memfokuskan pada kemampuan mewawancara khusus, beberapa kata mengenai tanggapan pengarahan adalah diperlukan. Tanggapan pengarahan adalah bagian perkenalan jalur kalimat atau pertanyaan yang memulai tanggapan pekerja sosial pada klien. Tanggapan pengarahan memberikan pekerja sosial kesempatan untuk menyesuaikan gaya verbal klien (Brems, 2001). Adalah berguna untuk mengembangkan keragaman tanggapan pengarahan yang lebih luas sehingga anda tidak mengulang pertanyaan yang sama berulang-ulang. Lihat Kotak 6.1 untuk contoh tanggapan pengarahan yang diorganisir oleh kategori-kategori sensori. Orang yang diwawancarai yang telah mempunyai pengalaman bisa menyesuaikan tanggapan mereka untuk menyesuaikan orientasi sensori utama klien—sebagai contoh, jika klien sepertinya lebih banyak memfokuskan pada tanggapan fisik maka tanggapan kinestetik bisa diindikasikan (yaitu mengatakan “Saya mengerti”) dan lain sebagainya yang merupakan sebuah strategi efektif (Brems, 2001).

Kotak 6.1 Tanggapan Pengarahan
Pendengar
Apa yang saya dengar anda mengatakan....
Seperti yang saya dengar.....
Anda terdengar......
Apakah bunyi ini menandakan.......
Dari apa yang saya dengar........
Ia menggemakan suara.......
Anda memberitahu saya......
Terdengar seperti........
Hal tersebut terdengar seperti halnya.......
Bagi saya terdengar........
Saya mendengar anda mengatakan.........
Jika saya mendengar anda dengan benar........
Terdengar sepertinya anda mengatakan bahwa........ Kinestetik
Bisakah anda merasa.......
Anda merasa.........
Saya mengumpulkan........
Dari tempat anda berada........
Saat ini, anda merasa.......
Saya merasa bahwa........
Saya punya perasaan........
Saya mengumpulkan........
Dari tempat anda..........
Apakah saya dekat..........
Saya menggambar..........
Anda merasa..........


Umum
Perbaiki jika saya salah........
Bisakah...........
Saya penasaran apa lagi.........
Saya penasaran jika.........
Lanjutkan...........
Dan........... Visual
Saya mengamati...........
Saya mendeteksi..........
Dari cara anda memandang.........
Saya mencatat.........
Saya membayangkan.......
Anda memfokuskan pada........
Saya menerima hal ini dengan benar.........
Seperti yang saya lihat......
Hal tersebut sepertinya......
Anda memperhitungkan...
Anda menggambarkan.....
Seperti yang dipikirkan......
Sepertinya.........
Mengikuti apa yang baru saja anda katakan....
Saya lihat yang anda maksudkan........
Anda sepertinya.......


Penyampaian dengan kata-kata sendiri
Pekerja sosial mempergunakan penyampaian dengan kata-kata sendiri untuk mengkonfirmasikan klien berikatan dengan pesan-pesan yang disampaikan melalui wawancara. Penyampaian dengan kata-kata sendiri memfokuskan pada kandungan pesan klien. Pekerja sosial menyatakan apa yang pernah dikatakan oleh klien, dengan kata-katanya sendiri (Boyle, Hll, Mather, Smith & Farley, 2006; Hepworth, Rooney & Larsen, 2002). Penyampaian dengan kata-kata sendiri menyebabkan timbal balik dari klien, mengkonfirmasikan bahwa pekerja sosial memahami arti pesan klien. Adalah sebuah pernyataan bukan sebagai sebuah pertanyaan. Penyampaian dengan kata-kata sendiri menyampaikan bahwa klien telah mendengar dan sekarang bisa berpindah ke aspek lain dari keadaan yang sedang dibahas. Tidak boleh menggambarkan pandangan pekerja sosial. Kotak 6.2 menunjukkan pekerja sosial mempergunakan kemampuan penyampaian dengan kata-kata sendiri dan tanggapan pengarahan untuk dengan lebih baik memahami bagaimana klien memahami permasalahannya.

Kotak 6.2 Mary
Mary adalah wanita 47 tahun yang telah bergulat dengan keuangan. Dia menghabiskan banyak uang dan sangat terlibatb dalam hutang.
Pekerja sosial : Apa yang anda alami ketika anda pergi ke pusat perbelanjaan? (pertanyaan dengan akhir yang terbuka)
Mary : Saya pergi di malam hari, khususnya ketika saya merasa tertekan. Anak-anak akan membuat saya marah dan saya akan langsung pergi ke pusat perbelanjaan setelah makan malam.
Pekerja sosial : Jika saya benar mendengarnya, kebanyakan waktu anda pergi ke pusat perbelanjaan karena keadaan rumah yang sulit (tanggapan pengarahan dan penyampaian dengan kata-kata sendiri).
Mary : Yah, saya merasa frustrasi dan kemudian saya pergi berbelanja. Saya benar-benar sedang terburu-buru. Maksud saya hal tersebut benar-benar bekerja. Saya mengisi kartu kredit saya dengan banyak hal yang saya rasa tidak saya perlukan. Hal tersebut benar-benar memberi sayakan saya sensasi yang cepat. Tetapi pada saat saya tiba dirumah saya merasa seperti hancur karena saya baru saja menggali jalan saya lebih dalam kedalam lubang hutang.
Pekerja sosial : Pembelanjaan anda yang berlebih-lebihan adalah cara untuk membuat anda merasa lebih baik. Tetapi, anda mengalami perasaan bersalah begitu anda tiba dirumah (menggambarkan perasaan).
Mary : Yah, saya merasa sangat buruk dan kemudian saya merasa tidak bernilai. Itu ketika suami saya dan saya bertengkar—dan kemudian saya pergi lagi ke pusat perbelanjaan. Semua hal terus saja berputar-putar.
Pekerja sosial : Anda menggambarkan hal ini sebagai pola atau siklus, anda menghabiskan banyak uang untuk melepaskan tekanan, tetapi kemudian menyesali tindakan anda. Ini mengarah pada tekanan yang lebih jauh, dan hal tersebut bermulai terus menerus (pengarahan/penyampaian dengan kata-kata sendiri/menggambarkan perasaan).
Mary : Itulah bagaimana saya melihatnya.

Pada contoh ini, pekerja sosial menangkap arti sebenarnya pola kecanduan berbelanja Mary. Mendengar “siklus” ini berulang kembali pada Mary menggarisbawahi permasalahan yang dibahasnya : Mengembangkan cara lain untuk menurunkan tekanan dan perselisihan dalam kehidupannya. Juga, dalam contoh ini, pekerja sosial mempergunakan dua jenis pengarahan dalam tanggapan, pendengar (“Jika saya mendengar anda dengan benar......”) dan visual (“Anda menggambarkan........”).
Penyusunan kalimat tidak boleh digunakan secara berlebihan, sehingga mencegah penyampaian pengungkapan bahwa pekerja sosial secara sederhana mengatur air muka dengan apa yang dikatakan oleh klien (Hepworth dkk., 2002). Dalam mempergunakan kalimat yang diatur sendiri, kata-kata dan gagasan-gagasan penting disampaikan kembali pada klien. Adalah benar mengenai inti apa yang dikatakan oleh klien. Penyampaian dengan kata-kata sendiri harus dipergunakan sebagai penghubung dengan metode-metode lainnya untuk memfasilitasi tanggapan klien, seperti penggambaran dan penerjemahan perasaan. Penyampaian dengan kata-kata sendiri membantu klien untuk melihat dengan jelas apa yang mereka pikirkan atau alami. Mendengar pekerja sosial mengungkapkan gagasan memberikan pada kien sebuah kesempatan untuk berpikir kembali atau melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda (Hepworth dkk., 2002). Adalah selalu gagasan yang baik untuk memeriksa kembali dengan klien setelah penyampaian kalimat yang diungkapkan sendiri dengan menanyakan “Benarkah?” Atau “Apakah saya mengikuti anda dengan benar?”

Menggambarkan Perasaan
Menggambarkan perasaan adalah salah satu kemampuan paling penting dalam daftar pekerja soaial. Ia membutuhkan pekerja sosial untuk menyatakan kembali dan menjelajahi pernyataan afektif (perasaan) klien. Seringkali, klien mengalami beragam perasaan dan memiliki kesulitan memisahkan mereka antara yang satu dengan yang lainnya, dan memahami bagaimana perasaan ini berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Pekerja sosial mempergunakan gambaran perasaan untuk memahami bagaimana klien menanggapi kehidupan secara emosional (Cormier & Cormier, 1998).
Pekerja sosial juga harus sensitif terhadap bahasa non verbal, karena perasaan berusaha untuk mengungkapkan diri mereka secara non verbal (yaitu tertawa karena gugup, putaran mata, gugup, merah karena malu, atau melihat kebawah). Sebagai tambahan, jika klien memiliki kesulitan dalam mengungkapkan perasaan, pekerja sosial mungkin ingin mewakili beberapa kata yang mengungkapkan perasaan, semuanya dengan arti yang mirip, sehingga klien bisa memilih salah satu dengan kesesuaian yang terbaik (Kadushin & Kadushin, 1997). Sebagai contoh, “Saya mengamati hal-hal apa yang berlebihan menantang untuk anda saat ini, tetapi anda juga merasakan getaran jiwa dalam memenangkan permainan dan selesai pertama. Bukankah saya benar?” Hal ini memungkinkan klien untuk mengkonfirmasikan perasaan, tetapi tanpa mengalami tekanan mengenali pernyataan perasaan. Pekerja sosial juga bisa menormalkan perasaan, sebagai contoh, “banyak orang yang kehilangan orang tuanya merasakan jalan yang anda rasakan—sangat kosong dan sendiri.” Gambaran perasaan adalah teknik yang membantu pekerja sosial untuk menjelajahi keluasan permasalahan klien, dan bagaimana klien memandang sebuah keadaan dalam permasalahan. Memvalidasi perasaan klien bisa menjadi pemodelan yang baik, lebih lanjut menunjukkan pada klien bahwa permasalahan perasaan mereka dan memiliki kekuatan yang mempengaruhi kognisi dan perilaku.
Pekerja sosial harus merasa nyaman dalam dunia perasaan untuk membantu klien dalam mengelola dan memahami tanggapanm emosional mereka. Klien bisa mengungkapkan perasaan mereka, baik secara tegas (kearah indikasi pengungkapan perasaan). Klien mungkin memperbaiki usaha pekerja sosial untuk mengungkapkan perasaan. Dengan “perbaikan” tersebut, pekerja sosial bisa mendapatkan pandangan yang bernilai kedalam bagaimana klien mengungkapkan pengalaman terhadap sudut pandang pekerja sosial mengenai hal tersebut.
Adalah penting untuk menentukan kesiapan klien dalam menjelajahi perasaan. Untuk beberapa klien, berurusan dengan emosi adalah sebuah konsep yang sangat tidak alami dan asing. Menguji pilihan perasaan dengan menawarkan beberapa alternatif bisa membuka klien pada penjelajahan yang lebih mendalam mengenai perasaan. Pekerja sosial terkadang bisa menduga bagaimana perasaan klien dan menggambarkan pemahaman kembali pada pasien.
Klien seringkali mengalami perasaan yang saling berselisihan berdasarkan keadaan yang sama. Sebagai contoh, tertarik mengenai perkemahan dan pada saat yang sama merasa takut dan khawatir mengenai jauh dari rumah untuk pertama kalinya. Menjelajahi perasaan yang saling bertentangan ini bisa menjadi sangat membantu dalam membantu klien dalam memahami kerumitan kehidupan. Menyelesaikan perasaan yang saling berselisihan juga bisa mengarahkan klien untuk berubah. Yang sebaliknya, perasaan yang kuat bisa mengganggu kemampuan klien untuk membuat pilihan kehidupan yang rasional.
Tetap dengan perasaan dalam satu saat, yaitu “Saat ini saya memiliki perasaan bahwa anda berbicara dengan kurang nyaman mengenai ayah anda. Irama suara anda berubah dan anda merasa gelisah di kursi anda... Marilah berbicara mengenai apa yang sangat menyakitkan untuk anda dalam hubungan anda dengan ayah anda.” Ini memberikan timbal balik pada klien dan memungkinkan anda untuk tetap di tempat, sementara, membahas dan memfokuskan. Kotak 6.3 menggambarkan pekerja sosial memenuhi kebutuhan kemampuan dalam mengungkapkan perasaan.

Kotak 6.3 Eileen
Eileen adalah wanita berusia 35 tahun yang menemui pekerja sosial karena depresi. Dia akhir-akhir ini memiliki ingatan mengenai kekerasan seksual di masa kecil oleh orang dewasa.
Eileen : Saya tidak tahu bagaimana untuk berurusan dengan rasa sakit ini.
Pekerja sosial : Sangat banyak untuk dicerna. Saat ini anda terluka, dan perasaan anda sangat bingung (gambaran perasaan).
Eileen : Saya berharap saya bisa lari dari dunia ini.
Pekerja sosial : Saya membayangkan bahwa ingatan anda mengenai kekerasan benar-benar mempengaruhi anda secara berlebihan (tanggapan pengarahan/penggambaran perasaan).
Eileen : Saya tidak pernah menduga akan hal itu sebelumnya. Hal tersebut benar-benar membuat saya gila. Saya mengalami masa-masa sulit untuk tetap fokus pada pekerjaan dan rumah.
Pekerja sosial : Itu bisa dipahami. Anda mencoba untuk memasukkan kedalam akal apa yang terjadi pada diri anda. Itu benar-benar menakutkan dan masa-masa yang kelam (tanggapan pengarahan/penggambaran perasaan).
Eileen : Yah, benar. Saya tahu adalah penting untuk berurusan dengan hal ini. Saya pernah mencoba menyembunyikannya dari diri sendiri selama ini. Saya tidak pernah membiarkan diri saya merasakannya.

Pekerja sosial dalam kasus ini memvalidasi emosi Eileen yang saling bertentangan. Eileen mulai menyadari bagaimana pengalaman kekerasan memiliki pengaruh nyata pada kehidupannya. Dengan membantu Eileen mengenali lapisan perasaan dan pemikiran, dia akan mendapatkan pandangan yang lebih mendalam mengenai permasalahannya, yang akan mengarahkan pada perkembangan dalam memfungsikan perasaan yang lebih efektif dan meredakan tekanan. Eileen mengenali bahwa dia telah menyembunyikan perasaannya untuk waktu yang lama. Dengan memahami hal ini, dia mendapatkan pandangan mengenai bagaimana kekerasan seksual pada masa kecil mempengaruhi hubungannya saat ini (“Saya tidak pernah membiarkan diri saya merasakan apapun juga”).
Pada saat contoh ini disajikan, adalah penting bagi pekerja sosial untuk memiliki perbendaharaan kata yang kaya mengenai kata-kata yang berhubungan dengan perasaan untuk menyesuaikan dengan pengaruh klien dan untuk mencerminkan kedalaman dan intensitas perasaan klien. Sebagai contoh, pekerja sosial yang bekerja dengan klien yang menekan bisa mempergunakan kata-kata yang terentang dari “jatuh” (pengungkapan lemah untuk kesedihan), “patah” (pengungkapan menengah) atau “tak ada harapan” (pengungkapan yang kuat) dalam menggambarkan perasaan pada klien, tergantung pada intensitas perasaan klien. Lihat website yang berhubungan, yaitu http://www.ablongman.com/cummins2e untuk daftar kata-kata yang berhubungan dengan perasaan secara luas.
Sebagai kesimpulan, ada beberapa titik tambahan untuk memperhitungkan penggambaran kemampuan perasaan :
• Perasaan mungkin memiliki dua dimensi : kategori yang mempengaruhi seperti senang, marah, dan sedih, takut dan intensitas mempengaruhi (Hepworth dkk., 2002). Untuk dengan akurat menggambarkan perasaan, pekerja sosial harus mengetahui dan mempergunakan semua dimensi kemampuan ini.
• Kebudayaan memiliki keragaman yang luas dimana emosi diungkapkan (Hackney dan Cormier, 2001). Anda mungkin memiliki klien yang sangat ekspresif yang merupakan orang Italia-Amerika atau klien yang tertutup dimana keluarganya datang dari China. Sue dan Sue (1990) mengamati bahwa orang Asia-Amerika menilai pembatasan perasaan yang kuat. Perhitungkan konteks kebudayaan kehidupan klien anda ketika mempergunakan pengungkapan perasaan selama proses wawancara. Simpan dalam pikiran bahwa dalam kebudayaan kolektivistik (identitas klien menekankan kebohongan dalam keluarga dan masyarakat), seperti kebudayaan Asia dan Amerika pribumi, pengungkapan afektif yang mungkin lebih terlihat. Memiliki arti bahwa klien mengalami perasaan, tetapi segan untuk mengungkapkannya dengan benar (lihat Bab 4 untuk informasi lebih lanjut).
• Perasaan yang kuat bisa mengganggu kemampuan klien anda untuk berpikir dengan jernih mengenai sebuah keadaan. Memberikan pada klien kesempatan untuk melepaskan amarah dan kemudian memulai kembali pesan afektif (dengan suara yang lebih tenang) bisa membantu menurunkan klien dan mengarahkan pada tindakan yang lebih rasional dan sesuai pemikiran. Perasaan bisa berubah sepanjang waktu pada saat keadaan berubah. Waspadai bahwa bagaimana perasaan klien pada sebuah titik waktu tertentu mungkin berbeda dengan bagaimana perasaannya beberapa saat, jam, atau hari kemudian. Bersabarlah dengan klien anda dan sabarlah dengan diri anda sendiri.
• Selalu berusaha untuk memberikan pesan non verbal. Sebagai contoh, “Saya melihat senyuman di wajah anda. Anda harus merasa senang dengan cara hal-hal berjalan.”

Pertanyaan Dengan Akhir yang Terbuka
Tanyakan pertanyaan yang muncul secara alami pada pekerja sosial. Terkadang bagaimanapun juga, pekerja sosial mungkin merasa tidak nyaman menanyakan pertanyaan yang sangat pribadi dan intim. Adalah penting untuk melakukan hal tersebut, bagaimanapun juga, jika pertanyaannya sesuai, dan bisa menghasilkan informasi baru. Menanyakan pertanyaan yang sesuai, bertujuan, dan sesuai dengan pandangan memerlukan kemampuan. Pekerja sosial bisa mengarahkan wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang sesuai, kemudian menjelajahi permasalahan dan keadaan yang berhubungan dengan klien. Mempergunakan pertanyaan dengan akhir yang terbuka seperti “Tolong beritahu saya, seperti apa di sekolah bagi anda?” pekerja sosial bisa mendesak klien untuk bekerjasama pada sebuah titik tertentu. Hal ini memberikan kesempatan pada klien untuk membahas aspek-aspek penting permasalahan dengan lebih mendalam (Kadushin & Kadushin, 1997). Pertanyaan-pertanyaan juga menyampaikan kepentingan-kepentingan mengenai apa yang ingin dikatakan oleh klien. Adalah penting untuk melangkahkan pertanyaan anda, memberikan waktu pada klien anda untuk menanggapi. Juga, mempergunakan keragaman kemampuan mewawancara diutamakan, seperti banyak teknik-teknik dan kemampuan-kemampuan lainnya untuk mengumpulkan data.
Pertanyaan-pertanyaan bisa ditanyakan dengan secara lurus. Sebagai contoh, tanyakan untuk rangkaian kegiatan-kegiatan, “Apa yang terjadi sebelumnya,” “Dan kemudian apa yang akan terjadi?” Pertanyaan ini menyediakan pandangan kedalam proses pemikiran klien juga. Menanyakan pertanyaan hipotesis mungkin juga berguna dalam mendapatkan kerjasama klien. Dalam hal ini, klien mungkin berbagi bebeapa pandangan mengenai “keadaan khayalan” sementara pada saat yang sama memberikan pekerja sosial beberapa informasi penting mengenai bagaimana klien mungkin berpikir, merasakan, atau berperilaku dalam keadaan yang serupa. Sebagai contoh, pekerja sosial mungkin menanyakan, “Jika anda di tempat putri anda dan harus memilih antara tingkat yang baik atau menghabiskan waktu dengan teman-teman anda, tetapi anda tidak bisa melakukan semuanya bersamaan, bagaimana anda akan memilih, mengetahui bahwa apa yang anda tahu hari ini?” atau “Jika anda mempergunakan sepatunya, dan bisa membuat keadaan menjadi lebih baik, bagaimana anda akan memperbaikinya?”
Menanyakan pertanyaan dengan akhir yang terbuka pada awal wawancara bisa sangat efektif. Ini memberikan kesempatan pada klien untuk memutuskan apa yang mereka suka untuk dibicarakan. Pertanyaan dengan akhir yang terbuka berusaha untuk menjadi umum (yaitu, “Bagaimana perasaan anda hari ini?”). Sekali pekerja sosial memiliki pandangan mengenai sebuah permasalahan, menanyakan pertanyaan dengan lebih rinci akan menemukan gambarannya (yaitu, “Anda katakan bahwa anda sangat kesal setelah melakukan pembicaraan dengan saya. Tolong beritahu saya, aspek apa yang paling menjadi masalah bagi anda?”)
Ketika menanyakan pertanyaan dengan akhir yang terbuka, ada beberapa permasalahan untuk diperhitungkan: Apakah pertanyaannya sesuai, dan apakah hal tersebut membantu mencapai tujuan wawancara? Pertanyaan-pertanyaan harus ditempatkan dengan cara yang mengundang tanggapan, tidak dengan cara yang menuntut tanggapan (yaitu, “Tolong beritahu saya,” “Bisakah anda bekerjasama?” dibandingkan dengan “Saya harus tahu). Pertanyaan-pertanyaan bisa mengambil bentuk, siapa, apa, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana (Ivey & Ivey, 2003).

Lihat Kotak 6.4 untuk beberapa contoh).

Kotak 6.4 Contoh-contoh Pertanyaan Dengan Akhir yang Terbuka
Apa—ap yang menjadi kenyataan/rincian mengenai sebuah keadaan
Apa yang terjadi setelah_______?
Apa saja permasalahan mengenai________yang menjadi kepedulian anda?
Apa yang ingin anda bicarakan hari ini?
Apa reaksi anda?
Apa yang telah anda coba sejauh ini?
Apa yang terjadi jika hal tersebut tidak berjalan?
Apa yang anda perbuat untuk semua hal ini?

Bagaimana—proses atau rangkaian mendapatkan sebuah keadaan atau emosi yang didapatkan
Bagaimana perasaan anda mengenai________?
Bagaimana keseluruhan keadaan ini merubah cara pandang anda mengenai_____?
Bagaimana perasaan anda mengenai hal tersebut?
Bagaimana seandainya anda bisa menemukan lebih banyak mengenai hal tersebut?
Bagaimana hal ini mempengaruhi anda?
Bagaimana menurut anda hal ini akan berjalan?
Bagaimana anda menjelaskan hal ini pada diri anda sendiri?
Bagaimana hal ini terlihat saat ini?
Bagaimana cara pandang anda mengenai keadaan ini?
Bagaimana perasaan anda mengenai apa yang terjadi?
Bagaimana saya bisa membantu?

Mengapa—alasan atau rasional
Mengapa anda menjadi sangat marah mengenai_______?
Mengapa anda merasa sangat marah seperti ini pada saat________?
Mengapa hal ini sangat penting bagi anda?
Mengapa anda pikir bahwa anda merasa seperti saat ini?
Dimana—rincian mengenai keadaan/tempat
Dimana sumber terbesar rasa sakit untuk diri anda muncul?
Dimana anda akan melihat hubungan dengan_____satu tahun dari sekarang?
Kemana kita beranjak dari sini?
Dimana anda rencanakan masa depan anda?


Kapan—bingkai waktu tertentu
Kapan anda berpikir mengenai keseluruhan keadaan ini untuk perasaan anda?
Kapan dalam kehidupan anda anda menyadari dia tidak pulang?
Kapan yang tersulit bagi anda untuk berbicara dengannya?
Kapan anda berpikir bahwa semua ini mulai mengambil tempatnya?
Kapan anda akan mampu untuk berpindah?

Siapa—jenis rincian mengenai orang yang terlibat
Siapa lagi dalam kehidupan anda yang mengalami rasa sakit yang mengelilingi anda_______?
Siapa yang anda perhitungkan mendukung dalam kehidupan anda?
Siapa lagi telah anda bicarakan mengenai hal ini?
Siapa saja pendukung sosial anda?

Bisakah—permintaan untuk informasi atau klarifikasi
Bisakah anda memasukkan anda dalam latar belakang?
Bisakah anda memberi contoh pada saya?
Bisakah anda memberitahu saya sedikit mengenai hal tersebut?
Bisakah anda membantu saya untuk memahaminya?

Pertanyaan terbaik adalah pendek, memfokuskan pada klien, dan langsung ke permasalahan. Tanyakan pada diri anda sendiri, apa yang sebenarnya saya perlukan untuk mengetahui sepenuhnya permasalahan yang sedang dihadapi? Juga, apakah fokus pertanyaan saya pada kekuatan klien? Anda ingin menanyakan pertanyaan yang membantu klien untuk memulai menjelajahi sebuah permasalahan dan mendalam permasalahan, keadaan dan lainnya tersebut. Anda telah memulai untuk memeriksa arti yang lebih dalam, yang bisa mengarah pada pendangan baru, yang pada gilirannya bisa mengarah pada perubahan.
Pekerja sosial harus berhati-hati dalam mempergunakan pertanyaan “mengapa”. Seringkali, klien tidak tahu mengapa mereka melakukan sesuatu dengan sebuah cara. Mintalah pada mereka untuk menjelaskan diri mereka sendiri yang mungkin menyebabkan diri mereka untuk menjadi lebih defensif dan merasa dinilai, menutup komunikasi (Boyle, Hull, Mather, Smith & Farley, 2006). Klien bisa merasa dikritisi atau disalahkan. Terkadang klien mungkin tidak memahami motivasi mereka sendiri dan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Oleh karenanya, pertanyaan “mengapa” harus ditanyakan dengan tidak terlalu sering dan dengan bijaksana (Sheafor & Horejsi, 2003). Jika klien menjadi marah, pergunakan kalimat yang diatur sendiri atau gambaran tanggapan perasaan, dan kemudian tanyakan pertanyaan tersebut dengan cara lainnya (yaitu selain “Mengapa anda sangat yakin anda tidak bisa melakukannya sendiri?” tanyakan “Tolong beritahu saya, apa yang membuatnya menjadi begitu sulit bagi anda?”). Kotak 6.5 menunjukkan pekerja sosial yang menanyakan pertanyaan terbuka.

Kotak 6.5 Latisha
Latisha adalah seorang wanita 30 tahun yang bergelut dengan perannya sebagai orang tua asuh. Dia dan suaminya Frank berpisah. Mereka melakukan sesi konseling dibawah pengadilan sebagai bagian dari keputusan perceraian mereka.
Latisha : Saya tidak pernah menduga saya akan sangat sulit mengatur waktu mengasuh anak berusia lima tahun dan delapan tahun.
Pekerja sosial : Latisha, bagaimana anda melihat peranan anda sebagai ibu tiri? (Pertanyaan dengan akhir yang terbuka).

Dalam contoh ini pertanyaan memfokuskan pada wawancara, sementara masih memungkinkan klien untuk menanggapi dengan cara apapun yang dia pilih.
Jika klien menanggapi pertanyaan dengan akhir yang terbuka dengan “ya” atau “tidak”, pekerja sosial bisa mencoba mengatur kembali pertanyaan. Jika, setelah beberapa usaha, klien masih merasa tidak sepenuhnya menanggapi, topik percakapan harus diubah (yaitu “Saya bisa memberitahu bahwa anda tidak ingin membicarakan mengenai Andre. Mari habiskan beberapa waktu untuk membahas keadaan rumah tangga anda. Saya tahu pemiliknya telah memutuskan untuk menata kembali bangunan tersebut. Bagaimana hal ini mempengaruhi anda?”).
Dalam memilih, seperti juga dengan kemampuan wawancara kerja sosial, ingat bahwa menanyakan pertanyaan dalam beberapa kebudayaan bisa dipandang sebagai mengganggu dan kasar. Sebuah cara untuk mengalamatkan pertanyaan ini adalah untuk menanyakan pertanyaan, “Bisakah anda memberitahu saya mengenai.....?” Pertanyaan ini memungkinkan klien menentukan dengan dirnya sendiri mengenai permasalahan sensitif atau sulit pada saat klien memperhitungkan apakah mereka akan menyukai membahas aspek permasalahan ini.

Pertanyaan Dengan Akhir yang Terbuka
Pertanyaan dengan akhir yang tertutup (yaitu “Berapa kali putri anda melarikan diri?”) memungkinkan pekerja sosial untuk memeriksa dengan rinci gambaran klien untuk akurasi. Mereka juga bisa membantu mengumpulkan potongan informasi yang walaupun kecil tetapi berguna, seperti tanggal kelahiran, jumlah saudaa kandung, dan jumlah penahanan sebelumnya (Cormier & Cormier, 1998). Pertanyaan dengan akhir yang tertutup juga bisa digunakan untuk menimbang penderitaan, intensitas dan/atau seringnya sebuah permasalahan muncul. Sebagai contoh, menanyakan pada klien anda untuk merata-ratakan tingkat kepuasan pernikahan mereka (tingkat depresi, motivasi, danlain sebagainya) dengan skala 1-10 adalah cara yang baik untuk mengkaji dengan cepat keadaan dari sudut pandang klien.
Pertanyaan dengan akhir yang tertutup juga bisa membawa permasalah tertentu menjadi lebih fokus dan, tergantung pada jawaban, pekerja sosial kemudian bisa mengikutsertakan pertanyaan yang berhubungan. Kotak 6.6 menunjukkan pekerja sosial yang menanyakan sejumlah pertanyaan dengan akhir yang tertutup.

Kotak 6.6 Mario
Mario adalah pelajar pria berusia 14 tahun yang telah menemui pekerja sosial karena menderita perselisihan di rumah. Orang tuanya mengancam untuk mengirimkannya ke rumah bibinya di kota lain.
Pekerja sosial : Beritahu saya mengenai hal-hal di rumah antara kau dengan orang tuamu (pertanyaan dengan akhir yang terbuka).
Mario : Baik-baik saja. Saya benar-benar tidak ingin membicarakan ini dengan anda.
Pekerja sosial : Saya tahu, sulit untuk berbicara dengan orang asing mengenai keluarga anda (uraian dengan kata-kata sendiri).
Mario : Bukan saya, tetapi orang tua saya. Mereka menyuruh saya terus ada sepanjang waktu. Saya tidak bisa tahan dengan teriakan-teriakan.
Pekerja sosial : Seberapa sering kan diteriaki? (pertanyaan dengan akhir yang tertutup)
Mario : Mungkin 15 kali sehari.
Pekerja sosial : Seperti yang kau lihat, apa yang sepertinya memulai pendapat? (tanggapan pengarahan/pertanyaan dengan akhir yang tertutup).

Dalam contoh ini, Mario secara mandiri segan untuk berbicara. Karena pekerja sosial telah menyampaikan pemahamannya mengenai keadaannya, dia memulai berkomunikasi. Dengan menjawab pertanyaan dengan akhir yang tertutup secara sederhana, klien telah diberikan oleh pekerja sosial sebuah pembuka untuk mengejar pemahaman yang lebih mendalam mengenai perselisihannya dengan orang tuanya.
Pada permulaan pekerja sosial bisa mengejar pertanyaan dengan akhir yang tertutup. Berhati-hatilah untuk tidak terlalu berat dengan kemampuannya karena wawancara bisa terasa lebih seeprti interogasi, yang mungkin menyebabkan klien merasa frustrasi dengan proses wawancara. Wawancara bisa menjadi memfokuskan pada pekerja sosial. Anda melakukan semua pekerjaan, mencoba untuk muncul dengan pertanyaan dan dengan cepat klien bisa menata kembali dan dengan sederhana menjawab “ya” atau “tidak”. Sementara pertanyaan dengan akhir yang tertutup sangat berguna dalam menitikberatkan rincian keadaan, terlalu banyak menanyakan dalam suksesi tertutup bisa membuat wawancara yang lebih dibuat-buat (atau interogasi) yang gagal untuk mendapatkan permasalahan yang ada (Hepworth dkk, 2002).
Ketika bekerja dengan klien yang kurang banyak berbicara, pertanyaan sejumlah pertanyaan dengan ujung tertutup bisa membuat wawancara bergerak. Memperhatikan komunikasi non verbal klien dan jika anda bisa melihat beberapa bentuk perkembangan kepentingan, perpindahan pada pertanyaan dengan ujung yang tertutup bisa diteruskan. Anda mungkin cukup mendapatkan kepentingan untuk mendapatkan klien berbicara dengan lebih ekspresif.

Klarifikasi
Klarifikasi adalah kemampuan yang memungkinkan pekerja sosial untuk mengenali apa yang menjadi pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien. Ketika pesan-pesan klien terlalu abstrak atau kabur, pekerja sosial mungkin menanyakan pada klien untuk lebih rinci mengenai arti kata-kata, atau frekuensi dan durasi permasalahan. Klien mungkin beranggapan bahwa pekerja sosial memahami pesan-pesan mereka untuk klarifikasi. Sebagai contoh, anggota geng remaja mungkin menyatakan mereka “nongkrong” dengan rekan-rekannya. Pekerja sosial mungkin ingin mengklarifikasi apa, dengan tepat, “pengganti “nongkrong” dengan menanyakan dengan rinci. Yakinlah untuk mengklarifikasi apa yang menjadi arti bagi klien ketika mengarahkan pada “mereka”, “kami”, “teman-teman saya,” dan lain sebagainya. Adalah penting untuk mengetahui semua pemin penting. Klien mungkin mengkualifikasi seperti “selalu”, “kadang-kadang,” atau “sejenis”. Pekerja sosial yang cerdik akan menginginkan untuk menentukan dengan tepat apa arti kualifikasi ini (Cormier & Cormier, 1998).
Untuk klarifikasi lebih jauh, pekerja sosial bisa memeriksa klien mereka memahami apa yang baru saja dikatakan oleh klien mereka. Sebagai contoh, “Anda mengatakan bahwa tidak ada yang berjalan dengan baik dalam kehidupan anda sekarang ini. Apakah saya mendengar dengan benar?” Ini memberikan kesempatan pada klien untuk mengkonfirmasi, tidak setuju, atau memperjelas setiap kesalahpahaman yang mungkin dilakukan oleh pekerja sosial.
Sebagai tambahan, banyak klien memiliki pemahaman “kebudayaan pop” untuk sebuah jargon dan keadaan psikologis. Menonton televisi, membaca buku dan majalah mungkin mengungkapkan klien pada rentang permasalahan secara luas, banyak yang mungkin salah memahami klien. Sebagai contoh, klien anda menyatakan, “Saya menonton Oprah di televisi minggu lalu dan dokter ini berbicara mengenai hal yang disebut dengan catat bipolar. Saya rasa itulah yang dialami oleh istri saya, dia ada diatas pada satu hari dan dibawah pada hari yang lainnya.” Diberikan informasi ini, adalah tanggungjawab pekerja sosial untuk emperjelas atau mengkode ulang apa yang dipelajari oleh klien dari “ahli televisi” dan membantu untuk mendidik atau mengklarifikasi lebih jauh.
Klarifikasi harus digunakan ketika klien sedang membahas keadaan dimana pekerja sosial tidak sepenuhnya memahami. Pada gilirannya, pekerja sosial harus menanggapi sejelas mungkin, sehingga memahami arti sebenarnya kata-kata pekerja sosial. Klarifikasi lebih lanjut menjadi proses timbal balik antara pekerja sosial dengan klien (Hepworth, Rooney & Larsen, 2002). Pekerja sosial mungkin salah menerjemahkan pesan klien dan mengembangkan sudut pandang atau anggapan yang salah mengenai keadaan klien. Oleh karenanya, adalah penting bahwa pekerja sosial mengklarifikasi kapan dia tidak yakin mengenai pesan klien, bertanya, sebagai contoh, “Apakah ini yang anda maksudkan?” atau “Apakah ini apa yang anda katakan?” Sebagai tambahan, pekerja sosial mungkin ingin klien bekerjasama pada topik tertentu atau untuk memberikan contoh tertentu berdasarkan sebuah keadaan, perilaku, atau perasaan (Cormier & Cormier, 1998). Kotak 6.7 menyediakan contoh pekerja sosial yang mempergunakan klarifikasi untuk memahami dengan lebih baik sudut pandang klien.

Kotak 6.7 Ralph
Ralph adalah pria berusia 16 tahun yang menghadiri sesi dengan pekerja sosial karena sering berkelahi dengan pelajar lainnya. Dia memiliki sejarah kekacauan di sekolah dan dalam bahaya dikeluarkan.
Ralph : Ini tidak adil. Guru selalu menangkap saya karena berkelahi. Mereka memasukkannya kedalam diri saya.
Pekerja sosial : Anda pikir bahwa alasan anda disini, karena semua perkelahian? (tanggapan pengarahan/klarifikasi)
Ralph : Yah, saya dikirim ke kantor anda karena guru-guru benar-benar tidak mampu menangani saya.
Pekerja sosial : Kapan anda berbicara dengan guru untuk menjauh dari anda, apa artinya, sebenarnya? (klarifikasi).

Dalam contoh ini pekerja sosial, berusaha untuk mendapatkan pemahaman mengenai sudut pandang Ralph mengenai masalahnya disekolah. Pekerja sosial ingin yakin bahwa mereka “berbicara dengan bahasa yang sama” (yaitu “Apa artinya, sebenarnya?”). Jika Ralph diberikan kesempatan untuk mewakili dan mengklarifikasi posisinya tanpa perasaan disalahkan atau dituduh, dia sepertinya akan lebih berperanserta lebih banyak dalam sesi tersebut.

Ringkasan
Ketika mempergunakan peringkasan, secara bersama-sama pekerja ssial menarik potongan-potongan informasi yang sesuai dari wawancara kedalam sebuah tanggapan gabungan. Semua perasaan dan kandungan pesan klien dihubungkan kedalam ringkasan pekerja sosial. Peringkasan digunakan melalui wawancara untuk memfokuskan pembahasan kedalam permasalahan-permasalahan yang sesuai seperti juga untuk membuat transisi dari satu topik ke topik lainnya. Peringkasan dikirimkan sebagai pernyataan, bukan pertanyaan. Peringkasan sangat membantu dalam memulai dan mengakhiri sesi. Umumnya, cara yang baik untuk memulai sesi adalah dengan meringkas apa yang dibahas pada sesi terakhir.
Teknik ini menjamin kelangsungan antar sesi. Peringkasan juga bisa berguna pada akhir sesi untuk menggarisbawahi topik-topik yang sesuai dari sesi, dan untuk menata agenda untuk kunjungan berikutnya (Hepworth dkk, 2002). Kemampuan ini juga berguna sebagai peralatan untuk mengekang klien untuk menekankan agar klien bercerita panjang lebar. Pekerja sosial bisa mengakhiri kembali apa yang dikatakan dan kemudian berusaha untuk memfokuskan kembali wawancara pada bagian permasalahan yang lebih sesuai. Untuk beberapa klien, penjelasan yang ada adalah cara yang baik untuk merubah dan membelokkan proses wawancara, dengan memfokuskan pada permasalahan yang berhubungan dengan permasalahan (Hepworth dkk, 2002).
Peringkasan juga berguna untuk megulas perkembangan sepanjang waktu. Hal tersebut memungkinkan pekerja sosial untuk membelokkan sesi terakhir dan untuk membawa tema dan pola yang lebih kedepan yang muncul sepanjang hubungan therapeutic. Ini merupakan teknik yang baik untuk digunakan ketika pekerja sosial mencoba untuk mengorganisir pemikiran dan kepedulian mengenai permasalahan yang sedang dibahas. Klien-klien juga bekerja kearah organisasi kandungan, sepeti pada saat mereka berusaha untuk mengulas apa yang dikatakan baik dalam sesi atau antar sesi.
Kotak 6.8 menunjukkan kemampuan peringkasan yang sedang dipenuhi oleh pekerja sosial.

Kotak 6.8 Kate
Kate adalah wanita berusia 18 tahun yang hidup dengan keluarga asuh sejak usia 8 tahun. Dia membahas kejadian-kejadian terbaru dalam kehidupannya dengan pekerja sosial, memfokuskan secara khusus pada hubungannya dengan ibu biologisnya.
Kate : Dennis dan Julia (orang tua asuh) telah merawat saya dengan baik. Saya tahu bahwa mereka bangga dengan pencapaian saya, khususnya pada saat saya diterima di universitas.
Pekerja sosial : Anda telah berhasil dengan baik dan membuktikan bahwa anda mampu mencapainya (uraian dengan kata-kata sendiri).
Kate : Yah! Saya ingin berbuat sesuatu untuk diri saya sendiri. Saya ingin melakukan yang lebih baik dibandingkan dengan yang dilakukan oleh ibu saa untuk saya. Anda tahu, dia bahkan tidak muncul pada saat saya lulus. Dennis dan Julia ada disana, berbahagia dengan saya.
Pekerja sosial : Anda terdengar sangat sakit dengan hal tersebut dan membiarkan ibu anda tidak datang serta merayakan hari khusus anda (tanggapan pengarahan/ penggambaran perasaan).
Kate : Saya tahu saya telah mempersiapkan diri saya sendiri—dia tidak akan muncul, tetapi saya selalu berharap dia akan datang.
Pekerja sosial : Anda merasa sangat frustrasi dengan dia sekarang (tanggapan pengarahan/penggambaran perasaan). Bisakah anda memberitahu saya lebih jauh mengenai hubungan anda dengan ibu anda? (pertanyaan dengan akhir yang terbuka)
Kate : Saya tidak tahu. Saya berharap dia menginginkan menjadi bagian dari hidup saya. Terkadang saya berpikir bahwa dia cemburu pada Dennis dan Julia. Mungkin dia merasa buruk mengenai semua hal yang telah terjadi, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan suaminya. Dia tidak pernah menginginkan saya ada disekitarnya dan mungkin itu adalah bagian mengapa dia terus menjauhi saya.
Pekerja sosial : Walaupun anda mencintai Dennis dan Julia, anda ingin hal-hal berubah dengan ibu anda. Anda memahami keadaannya, tetapi hal tersebut tidak merubah kenyataan bahwa anda merasa sakit dan kecewa olehnya sepanjang waktu. Apakah hal tersebut mewakili perasaan anda? (Peringkasan dan klarifikasi)

Dalam contoh ini, Kate berbicara mengenai beberapa permasalahan penting : 1) hubungannya dengan orang tua asuhnya; 2) lulus dari sekolah tinggi dan melanjutkan ke perguruan tinggi; 3) kekecewaan kepada ibunya, kemudian memahami keadaannya; dan 4) ingin melakukan hal-hal yang berbeda dalam kehidupannya. Pekerja sosial menarik secara bersama-sama beberapa permasalahan yang disajikan oleh Kate dan mengembangkan pernyataan ringkas dalam mengulas poin-poin penting.
Peringkasan menyediakan fokus atas wawancara, menggarisbawahi poin-poin penting dan membantu mengenali tema, pola, dan pandangan. Peringkasan tidak hanya “daftar”, bahkan, ia adalah gabungan bagian-bagian paling penting dari sebuah wawancara. Ia memberikan pada pekerja sosial dan klien sebuah penghargaan untuk sudut pandang klien dan bisa melayani sebagai cara untuk mengkonfirmasikan akurasi dan pemahaman pesan oleh semua bagian. Pekerja sosial juga bisa mengklarifikasi atau menanyakan pertanyaan dengan akhir yang terbuka untuk meyakinkan pemahaman keadaan sepenuhnya yang telah dicapai. Hal tersebut selalu merupakan gagasan yang baik untuk bertanya pada klien untuk mengkonfirmasi akurasi pemahaman anda. Sebagai contoh, “Anda masih merasa tidak ada harapan, bahkan setelah semua kekecewaan ini, bahwa anda akan mampu pada satu hari untuk keluar dari kursi roda anda. Apakah saya memahami apa yang anda katakan?” Akhirnya, ketika menyediakan peringkasan, yakinlah untuk mengakhiri kembali apa yang dikatakan oleh klien, bukan pendapat, nilai dan penilaian anda.

Memberikan Informasi
Pekerja sosial mempergunakan informasi yang diberikan ketika klien memerlukan pengetahuan yang berguna. Informasi mungkin termasuk pengenathuan mengenai sumber daya yang tersedia dalam masyarakat seperti dapur umum atau rumah untuk tuna wisma (Murphy & Dillon, 2003), atau, hal tersebut mungkin informasi nyata yang sesuai dengan permasalahan yang disajikan oleh klien (yaitu menginformasikan klien dengan permasalahan kekerasan substansi mengenai lingkungan progresif ketergantungan). Anda bisa mempergunakan kemampuan ini untuk menyampaikan rincian dan penjelasan mengenai membantu proses, peranan pekerja sosial, dan intervensi yang akan digunakan. Pertukaran informasi mengenai pembentukan norma, transisi kehidupan dan konsekuensi perilaku merupakan hal penting, karena informasi ini dapat membantu pekerja sosial dan klien dalam menentukan fakta, kebohongan, atau mitos (Gambrill, 1997).
Informasi harus selalu dihadirkan dalam bentuk yang sensitif terhadap kultur klien. Misalnya, dalam membicarakan penyakit mental dengan klien Afrika Amerika, sangat penting untuk dipahami bahwa dalam kelompok minoritas ini, sumber (atau penyebab) penyakit mental sering dianggap merupakan faktor organik atau keturunan. Dengan menyatakan bahwa pengobatan merupakan perawatan yang paling utama dapat memberikan kesan bahwa pekerja sosial tidak ingin bekerja sama dengan klien (Paniagua, 1998). Beberapa klien beranggapan bahwa pekerja sosial tidak dapat dipercaya karena mereka merupakan anggota kelompok dominan. Dalam kasus ini, pahami keraguan yang mungkin akan dialami klien ketika kita membahas pelayanan sosial yang lebih tradisional. Memberikan kesan menghargai, perhatian, dan pemberian pelayanan yang relevan dengan kebutuhan mereka merupakan tanggung jawab anda.
Dalam pokok mengenai kemungkinan hambatan bahasa, apabila anda memiliki klien yang tidak memahami bahasa Inggris, memiliki materi tertulis yang disajikan dalam bahasa asli mereka sangat penting. Memberikan klien nasehat atau pelayanan konkret lebih awal dalam proses pelayanan juga menguntungkan (Paniagua, 1998). Apabila anda tidak dapat berbahasa Spanyol, seorang penerjemah mungkin dibutuhkan untuk membatu proses wawancara. Perhatikan, keberadaan penerjemah, walaupun dia seorang profesional ataupun anggota keluarga dapat dianggap mengganggu. Pelatihan pekerja sosial yang menguasai dua bahasa untuk memberikan pelayanan pada etnis atau kelompok ras mereka tentu saja dapat menjadi cara yang efektif dalam pertimbangan kesan dan sensitivitas. Sebagai penolong, anda perlu memahami bahwa kekuatan sosiopolitik eksternal memiliki pengaruh dan membentuk pandangan para klien (lihat Bab 4 untuk informasi lebih lanjut mengenai konteks kultural dalam wawancara).
Kotak 6.9 menunjukkan kemampuan ini.

Kotak 6.9 Mandy
Mandy adalah seorang wanita berusia 19 tahun yang tampil dalam sebuah sesi yang sangat mencemaskannya. Baru-baru ini dia menghadiri sebuah pesta dimana melakukan seks tanpa pelindung dengan pria yang tidak terlalu dikenalnya. Dia mempermasalahkan STI (sexually transmitted infection) dan kehamilan
Mandy : Saya tidak percaya Saya melakukan hal ini. Maksud Saya, tindakan Saya sangat bodoh.
Pekerja Sosial: Melakukan seks tanpa pelindung memiliki dampak yang serius, salah satunya terjangkit penyakit yang menular melalui seks (pemberian informasi) dan tentu saja kehamilan.
Mandy : Saya paham cukup soal kehamilan, tetapi apakah yang anda maksudkan seperti AIDS?
Pekerja Sosial: Ya (pemberian informasi)
Mandy : Tetapi Saya merasa baik-baik saja. Saya tidak merasa mengidap penyakit dan Saya yakin Saya tidak hamil.
Pekerja Sosial: Cara satu-satunya untuk mengetahui apakah anda terinfeksi atau tidak adalah melalui pemeriksaan antibodi HIV selama tiga atau enam bulan. (pemberian informasi) Saya tahu hal ini menakutkan bagi anda. (refleksi perasaan), termasuk kemungkinan kehamilan.
Mandy : orangtuaku akan membunuhku. Kami Katolik dan bagaimanapun keadaannya, seks adalah dosa.
Pekerja Sosial: Jadi situasinya diperburuk dengan ketakutan dan kecemasan anda terhadap reaksi orang tua anda. (refleksi perasaan)
Mandy : Betul, kalau saya hamil, aborsi bukanlah pilihan. Dalam keluarga saya, lebih baik mati karena AIDS daripada menjadi ibu tunggal atau pembunuh bayi.
Pekerja Sosial: Anda tidak memiliki pilihan, tetapi mari kita bicarakan satu persatu. Sangat tidak beralasan untuk mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi sekarang. Mari kita jalani perlahan-lahan. Dimana anda ingin memulai?

Dalam contoh ini, Mandy mengekspresikan kekhawatiran mengenai status kesehatannya, serta kemungkinan hamil, serta penilaian yang kurang memadai dalam melakukan seks tanpa pengaman. Pekerja sosial memberikan informasi relevan pada Mandy dan memusatkan wawancara pada pernyataan emosionalnya. Sebagai tambahan, pekerja sosial memberikan kebebasan pada Mandy dengan menyarankannya untuk menentukan hal yang ingin dia diskusikan terlebih dahulu. Perlu dicatat bahwa pekerja sosial tidak menyisipkan opini di sini. Pekerja sosial hanya mengacu kepada fakta. Tidak ada penilai yang melekat pada informasi yang diberikan.
Pekerja sosial menghadirkan informasi untuk menyadarkan klien akan pilihan-pilihan dan membantu mereka membuat perubahan, bukan untuk memaksakan pilihan melalui penilaian. Kami memberikan informasi dalam bentuk pelajaran atau instruksi. Misalnya, menunjukkan cara menggunakan sistem bus umum atau cara untuk mengembangkan dana pada klien, merupakan contoh pemberian informasi. Untuk menahan pengaruh etnis atau penilaian pekerja sosial, informasi harus diberikan dalam bentuk yang memungkinkan klien untuk menerima atau menolak informasi yang diberikan. Memahami perbedaan antara nasehat dengan pemberaian informasi sangatlah penting. Menasehati adalah memberitahukan klien apa yang anda yakini terbaik; sementara pemberian informasi memungkinkan klien untuk membuat keputusan berdasarkan seluruh alternatif yang tersedia (Sheafor & Horejsi, 2003).
Apabila pekerja sosial tidak memiliki informasi yang dibutuhkan, dia harus bersikap jujur dan bertanggungjawab untuk memenuhi informasi ini dalam sesi berikutnya. Perlu diingat bahwa pekerja sosial tidak dapat menjawab semuanya dan berhubungan dengan orang lain sebagai sumber, informasi dan, referensi demi kepentingan klien kita merupakan bagian penting dari pekerjaan kita. Memberikan daftar bacaan, brosur, atau pamflet mengenai agen pelayanan bisa sangat membantu klien. Pastikan informasi anda selalu baru. Melakukan peninjauan atau kritik terhadap setiap artikel, brosur, atau lembaran informasi sebelum diberikan kepada klien merupakan tindakan yang baik. Perhatikan tingkat kemampuan membaca klien. Terkadang anda perlu menyesuaikan atau menyampaikan informasi dengan cara yang cocok dengan tingkat kognitif atau keterbatasan klien. Apabila klien anda memiliki akses internet, memberikan website yang sesuai atau bereputasi merupakan cara lain untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai banyak hal.
Sebelum memberikan informasi, ketahui dulu hal-hal yang sudah diketahui klien. Misalnya, anda tidak perlu mengulangi langkah-langkah yang diperlukan dalam memberikan bantuan medis apabila klien telah menyelesaikan aplikasi tersebut. Tinjau kembali bersama klien untuk memastikan pemahamannya atas seluruh informasi. Dengan cara ini anda dapat menghilangkan kesepahaman atau pemisah dalam informasi yang diberikan. Perhatikan reaksi verbal dan nonverbal klien terhadap informasi dan gunakan tafsiran, refleksi perasaan atau klarifikasi untuk memastikan anda memahami cara pandang klien. (“Anda tampak terkejut karena begitu banyak langkah yang harus dijalankan untuk memasukkan anak anda ke sekolah. Hal ini membutuhkan banyak usaha, tetapi Saya selalu melakukan hal ini dengan para orang tua.”)
Hal yang harus diperhatikan dalam memberikan informasi: berhati-hatilah, jangan gunakan informasi sebagai cara untuk terlihat ahli. Melimpahi klien anda dengan kedalaman pengetahuan anda dapat membuat anda bangga, tetapi pada saat yang sama hal itu juga mengintimidasi klien. Pemberian informasi, dalam dosis ringan, relevan, dan mudah dipahami, sangat membantu anda dan klien anda.
Informasi adalah kekuatan dan semakin banyak klien kita dilengkapi dengan sumber-sumber, data dan fakta, semakin besar kemampuan mereka untuk membuat perubahan dalam hidup mereka. Pembentukan keputusan dan pembelaan diri merupakan perkembangan dari informasi, baik dalam tingkat intervensi kasus (praktek mikro) dan kelas (makro).

Konfrontasi
Konfrontasi merupakan kemampuan yang digunakan pekerja sosial untuk menyampaikan ketidaksesuaian dalam perkataan klien (Hepworth et al., 2002). Ketidaksesuaian ini memiliki dua bentuk: 1) perilaku klien bertentangan dengan pernyataannya atau 2) pernyataan klien yang saling bertentangan. Sebuah contoh dari bentuk ketidaksesuaian pertama, ketika klien menyatakan sesuatu tetapi bersikap sebaliknya, adalah skenario berikut ini: seorang klien mengatakan, “Saya menginginkan Claudia kembali–agensi melindungnya dari Saya. Anda ingin menyerahkannya kepada keluarga asuh itu.” Pekerja sosial merespons dengan mengatakan, “Saya tahu anda menginginkan Claudia untuk Bersama anda, tetapi seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya, apabila anda terus melewatkan kunjungan untuknya itu akan menunda Kepulangannya.” Perlu diingat bahwa pekerja sosial dapat dibingungkan dengan pesan verbal yang tampak tidak berhubungan dengan pesan nonvberbal klien dan mungkin perlu meninjau hal ini lebih jauh. Sebuah contoh mengenai bentuk ketidaksesuaian kedua, adalah ketika pernyataan dua orang klien atau lebih bertentangan satu sama lain, mungkin dalam bentuk penyangkalan klien atas tekanan yang dia rasakan dalam hubungannya dengan suaminya sementara dalam sesi yang sama dinyatakan bahwa dia tidak suka berbicara dengan suaminya. Pekerja sosial munculkan ketidaksesuaian ini dan berharap mendapatkan sebuah pandangan yang mampu mengarah kepada perubahan klien. Rangkaian kejadian terbaru lebih baik digunakan sebagai cara untuk mendukung pesan daripada kejadian yang telah berlangsung cukup lama yang mungkin sudah dilupakan klien (Hilal dan O’Brien, 2004). Sebuah konfrontasi harus diberikan dalam bentuk yang tidak menghakimi atau mengancam dan terkesan menasihati. Disamping cara penyampaian konfrontasi, mungkin lebih sulit bagi klien untuk menerima pernyataan ketiak sesuaian yang ditemui. Bisa saja muncul kecenderungan untuk menyelamatkan muka.
Hill dan O’Brien (2004) menyarankan pekerja sosial untuk menggunakan format ganda berikut dalam menghadapi klien:
• Di satu sisi anda....tetapi di sisi lain....
• Anda mengatakan....tetapi anda juga mengatakan....
• Anda mengatakan....tetapi secara nonverbal anda tampak....
• Saya mendengar....tetapi saya juga mendengar....
Agar konfrontasi dapat digunakan secara efektif dalam membantu hubungan, pekerja sosial sebelumnya harus membentuk kepercayaan dan suasana yang aman dengan klien. Hal ini akan menurunkan tingkat pertahanan klien dan mengurangi kegelisahan klien dan perasaan “diserang.” Untuk itu, penting sekali bagi pekerja sosial untuk membangun hubungan terapis yang kuat dengan klien sebelum menggunakan konfrontasi. Konfrontasi merupakan kemampuan yang digunakan secara hati-hati dan dengan dukungan yang besar dari pekerja sosial. Kemampuan ini membantu klien menyampaikan masalah yang mungkin mereka hindari. Konfrontasi juga sangat membantu dalam mengenali realitas situasi, yang bertentangan dengan persepsi klien (Hepworth, et al., 2002).
Sebagai pekerja sosial, harus selalu diingat bahwa pengalaman hidup anda dapat mempengaruhi reaksi anda terhadap klien dan keadaannya(Hill & O’Brien, 2004). Pastikan penilaian, standar personal, dan keyakinan anda tersimpan jauh dari hubungan bantuan. Awasi reaksi anda terhadap klien. Apabila anda merasa marah (atau bersikap kasar) terhadap klien, sangat penting untuk mengolah respons ini, dan memahami maksudnya, dengan supervisor anda.
Konfrontasi kecil dalam periode waktu tertentu mungkin dapat bekerja dengan baik terhadap beberapa klien. Individu ini mungkin membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk menyerap kenyataan yang menjadi tujuan jangka panjang konfrontasi. Anggap konfrontasi kecil ini sebagai pemotong cangkang perlindungan klien, sedikit demi sedikit. Klien sering ketakutan atau ambivalen terhadap pertentangan masalah yang telah menghasilkan pola atau cara jangka panjang dalam melakukan sesuatu. Memahami keengganan klien terhadap perubahan cepat, dan untuk melakukan atau memikirkan sesuatu dalam bentuk yang berbeda merupakan hal yang tidak realistis. Perubahan terjadi setelah beberapa waktu. Bagi banyak klien ini adalah titik pemutusan, “Apakah saya menggunakan pandangan baru ini untuk membuat perubahan atau tetap bertahan dengan keadaan ini?”

Kotak 6.10 Diane
Diane adalah seorang wanita menikah berusia 45 tahun dan memiliki tiga orang anak remaja. Baru-baru ini, ayahnya yang berusia 75 tahun didiagnosa memiliki penyakit Alzheimer, masuk menjadi anggota keluarga seiring kematian istrinya.
Diane : Ayah bisa menguras waktu dan energi saya. Saya tahu hal ini disebabkan oleh Alzheimer, tapi...
Pekerja Sosial: Anda merasa sangat terbebani. (Refleksi perasaan)
Diane : Ya, terutama karena saya hanya mendapatkan bantuan yang sangat sedikit dari suami dan anak-anak saya. Mereka semua berangkat melakukan aktivitas masing-masing, meninggalkan saya sendiri dengan ayah. Kemudian Ayah mulai keluyuran keluar rumah ketika saya menyiapkan makanan. Saya tidak bisa membiarkan dia keluyuran, jadi saya menguncinya di kamar.
Pekerja Sosial: Saya menangkap rasa frustrasi yang anda rasakan. (refleksi perasaan) Tetapi mengunci ayah anda di kamarnya bukanlah hal yang baik. Hal ini ilegal, dan bisa sangat berbahaya. (konfrontasi)
Diane : Saya tahu, anda benar, tetapi saya tidak mengetahui cara lain untuk membuatnya aman.
Pekerja Sosial: Saya memahami dilema yang anda hadapi–merawat ayah anda, suami, dan anak-anak membuat anda merasa kelelahan. (penyimpulan)


Dalam contoh ini, pekerja sosial mempertentangkan Diane dengan perawatan ayahnya. Dia mengemukakan masalah ketika meninggalkan ayahnya terkunci di kamar. Dia juga mengesankan pemahaman rasa frustrasi yang berhubungan dengan perawatan untuk orangtuanya yang sakit. Karena Diane merasa dipahami, dia lebih cenderung untuk mengakui bahaya yang terdapat dalam pilihannya. Langkah berikutnya dalam proses pertolongan adalah diskusi antara pekerja sosial dan Diane mengenai cara memperbaiki perawatan orangtuanya dan mempertahankan keseimbangan dalam kehidupannya.
Konfrontasi harus digunakan dengan kebijaksanaan profesional dan selalu berkaitan dengan kepentingan utama dalam pikiran klien. Anggap sebagai pengujian reaksi klien terhadap konfrontasi. Reaksi klien terhadap konfrontasi perlu disertai dengan penafsiran, refleksi perasaan, atau penyimpulan respons (baik verbal maupun nonverbal).
Berikan waktu yang cukup pada klien setelah memberikan konfrontasi untuk membicarakan dan mengambil pelajaran dari konfrontasi tersebut. Ketika klien mendapatkan pandangan, kesadaran, realisasi baru, dengan menggunakan kemampuan interpretasi (lihat bagian selanjutnya) dapat membantu dalam mengawali peninjauan dasar pemikiran di balik tindakan, pemikiran, perilaku, atau keyakinan(Hill & O’Brien, 2004). Lihat kotak 6.11 untuk contoh konfrontasi.

Kotak 6.11 Melvin
Melvin adalah pria berusia 55 tahun. Dia telah menikah tiga kali. Dia memiliki dua anak dari pernikahan pertama tetapi jarang berhubungan dengan mereka.
Pekerja Sosial: Anda telah mengatakan seberapa besar anda mencintai anak-anak anda. Saya dapat melihatnya dari wajah dan suara anda, anda bangga pada mereka (refleksi perasaan).
Melvin : Saya memang mencintai mereka, tetapi sudah terlambat untuk mencoba memperbaiki keadaan. Terlalu banyak waktu yang telah dilewatkan. Mereka sekarang sudah remaja dan tidak membutuhkan apa-apa lagi kecuali uang saya. Hanya ini yang bisa saya dapatkan sekarang.
Pekerja Sosial: Saya mendengar perkataan anda, tetapi mengapa anda ingin menyerah? Anda tampak kecewa dan terluka dengan keadaan ini. Anda menyalahkan diri anda sendiri dan jelas merupakan bagian dari hubungan ini (awalan/pertanyaan penutup/ refleksi perasaan/ penafsiran).
Melvin : Begitulah, mantan istri saya sangat mempengaruhi. Dia ingin saya menelepon anak-anak, mengirim kartu ucapan, semacam itulah, tetapi setelah sekian tahun tidak melihat mereka, Saya merasa terpaksa.
Pekerja Sosial: Dapatkah anda membiarkan semuanya berjalan seperti biasa atau mungkin mencoba cara baru dalam mendekati mereka? (pertanyaan penutup)
Melvin : Saya rasa saya tidak mampu menghadapi penolakan–bagaimana kalau mereka benar-benar tidak menginginkan apa-apa dari Saya?
Pekerja Sosial: Melvin, mungkin saja mereka tidak ingin melakukan apa-apa dengan anda, tetapi anda adalah orang tua mereka. Anda memberikan kesan seolah tanggung jawab mereka untuk membuat keadaan lebih baik. Apabila anda tidak mengambil sebuah tanggung jawab untuk menghubungi mereka dan menjaga kedekatan, akan semakin besar jarak yang akan terbentuk antara anda dan anak-anak anda. Apabila hal itu terjadi anda akan benar-benar dikeluarkan dari kehidupan mereka. (penyimpulan/pertentangan/ penginformasian)
Melvin : Apa yang harus saya lakukan? Sungguh sulit untuk mengakui bahwa saya sedang kacau, tetapi saya merasakannya. Apalagi ibu mereka tidak cukup membantu...dia mengatakan bahwa saya adalah orang tua yang buruk dan tidak dapat diandalkan dalam hal apapun.
Pekerja Sosial: Hal ini sangat sulit bagi anda. Saya dapat melihat kesedihan di wajah anda. Mari kita bicarakan cara untuk memandang diri anda sebagai ayah mereka dan apa yang ingin anda lakukan untuk mengubah keadaan. (refleksi perasaan/ pertanyaan)

Dalam contoh ini, pekerja sosial sangat membantu dalam menggerakkan Melvin ke arah kemungkinan rekonsiliasi dengan anak-anaknya. Dia mengemukakan beberapa konflik yang dialami Melvin. Dengan menyertai keputusasaan dan kesedihan Melvin, di perlahan-lahan bergerak ke arah membantu Melvin menemukan kemungkinan untuk meraih anak-anaknya kembali.
Selalu pertimbangkan individualitas klien anda. Walaupun tidak sepenuhnya berhubungan dengan kemampuan konfrontasi, berhati-hatilah dengan klien yang memiliki secara panjang tindakan menyimpang dan sikap agresif. Pada klien seperti ini, konfrontasi harus dilakukan dengan cara yang lebih hati-hati, terkadang langsung dan keras, kadang memberikan ketenteraman hati dan berbicara dalam nada yang lembut dan menenangkan. Tunjukkan rasa empati dan pemahaman atas frustrasi dan kemarahan mereka. Perhatikan perilaku dan reaksi nonverbal klien. Melakukan intervensi pada klien yang memiliki potensi tindak kekerasan dan agresif akan mengharuskan pekerja sosial mewaspadai indikator perluasan perilaku seperti adanya senjata api, di bawah pengaruh alkohol, atau merupakan anggota dari kelompok kejahatan. Dalam situasi berbahaya, keselamatan anda merupakan hal utama. Percayai keberanian anda. Bentuk rencana meloloskan diri dan prosedur perusahaan mengenai respons darurat untuk situasi tak terduga. Ketika melakukan kunjungan rumah selalu informasikan agensi mengenai keberadaan anda (Sheafor, & Horejsi, 2003).
Dalam contoh yang diberikan dalam CD, tiga bentuk konfrontasi dapat diberikan pekerja sosial. Lihat kotak 6.12.

Kotak 6.11 Melvin
James seorang pekerja sosial. Melakukan konfrontasi keras dengan Anthony, dengan memberikan komentar mengenai kehidupannya dengan awalan “ya, tapi....” Dia menantang Anthony untuk mempertimbangkan perilakunya dengan masa depannya. Melalui konfrontasi ini, Anthony bisa lebih berkeinginan untuk melakukan konfrontasi dalam dirinya dan membuat pilihan yang lebih baik mengenai aktivitas gang-nya.
Karen, seorang pekerja sosial menantang Mike secara langsung dan lugas. Dia memberikan tekanan besar padanya untuk memikirkan perilakunya (minum-minum, keluyuran, dan bolos kerja) dan pertentangan hal ini dengan pernyataannya, “Saya tidak pernah melewatkan satu hari pun selama enam tahun.” Dia tidak membiarkan Mike melepaskan diri dari kail, dan dengan enggan, dia menunjukkan ketidaksesuaian ini.
Nicole seorang pekerja sosial melakukan konfrontasi dengan lembut pada Mrs. Anderson. Dia menyampaikan masalah kunjungan ilegal dan tidak diawasi antara Maria dan Crystal dan kemungkinan-kemungkinannya. Nicole membuat konfrontasi nyata, tetapi melakukannya dalam bentuk yang lembut dan terselubung.

Seperti dalam setiap interaksi, sadari konteks kultural kehidupan klien. Lihat bagian 4 untuk informasi lebih lanjut mengenai topik ini.

Interpretasi
Interpretasi merupakan kemampuan yang digunakan pekerja sosial untuk melampaui masalah yang dinyatakan klien agar mendapatkan pengertian yang lebih dalam. Ini merupakan proses untuk mendapatkan hal utama yang mendasari masalah (Cormier & Cormier, 1998). Melalui definisi, kemampuan ini dapat membuat klien dan pekerja sosial menjadi lebih introspektif. Adanya tingkat ketidaknyamanan atau bahaya yang mungkin dirasakan klien ketika anda mulai mengupas masalahnya, pastikan adanya hubungan yang telah terbentuk dengan baik dalam kepercayaan dan niat baik. Bila tidak, klien dapat menutup diri dan meresa terganggu. Ingat, tidak seluruh klien memiliki kapasitas untuk, atau tertarik dengan, penginterpretasian perilaku, tindakan, dan niat mereka. Beberapa klien lebih tertarik pada perubahan perilaku, karena hasilnya lebih langsung. Tetapi, dalam banyak kasus perubahan perilaku bergantung pada perkembangan dan kedalaman pemahaman klien terhadap situasi.
Interpretasi dapat menunjukkan hubungan kausal antara perilaku, perasaan, dan pemikiran yang berulang-ulang. Dalam kasus ini, cahaya diberikan dan klien mungkin dapat melihat jalan untuk mengubah pola yang telah bertahan lama. Pemahaman ini mungkin cukup untuk memotivasi klien untuk perubahan signifikan setelah tinjauan ulang mereka atas tujuan-tujuan mereka. Berpusat pada kekuatan dan potensi klien juga merupakan bagian penting dari penggunaan kemampuan ini. Misalnya, apa yang dipandang klien sebagai aset personal dan profesional? Bagaimana karakteristik tersebut dapat digunakan untuk membuat perubahan?
Secara bertahap klien terkait secara emosional dengan masalah, dan penilaian mereka kabur. Akibatnya, mereka menemukan kesulitan dalam menemukan jalan keluar dari situasi tersebut. Interpretasi memungkinkan klien untuk melihat permasalahan dalam cahaya baru, yang memberikan harapan akan perubahan; tetapi klien mungkin membutuhkan waktu untuk menyerap cara baru dalam memandang sebuah masalah atau situasi. Momentum merupakan hal penting–selalu pertimbangkan apakah klien siap untuk pemahaman lebih dalam. Kalau tidak, klien kebanyakan akan menolak interpretasi ini. Ketika memberikan interpretasi, haruslah berhubungan erat dengan pengalaman dan realitas klien. Misalnya, klien anda memiliki sejarah panjang perilaku pasif dan tunduk dalam hubungan pernikahan mereka. Dia menyatakan bahwa suaminya menginginkan cerai. Dia perlu membicarakan hal ini dengan anak-anaknya yang sudah remaja, dan dia tidak ingin mengambil keputusan sendiri. Anda melihat hubungan antara kepasifannya sebagai istri dan peranannya sebagi orang tua. Dalam krisis ini, pertimbangan apakah waktunya cukup tepat untuk membahas pola ini dan mengolah dampak serta makna hal ini bagi hidupnya atau menunggu krisis berhasil diselesaikan dan kemudian meninjau masalah ini. Dengan kemampuan wawancara setiap kegiatan sosial, pertimbangkan dampak penggunaan kemampuan tertentu pada saat itu dan setelah beberapa waktu.
Interpretasi yang baik berdasarkan kepada data. Interpretasi yang tinggi dapat membuat pekerja sosial terdengar pintar dan berbakat, tetapi pada saat yang sama, interpretasi dapat membuat klien meresa “dianalisis.” Pastikan interpretasi yang diberikan cukup pendek dan tidak terkesan mengajari klien (Hepworth et al., 2002).
Kotak 6.13 menunjukkan pekerja sosial yang menginterpretasikan hal-hal yang mungkin mendasari pernyataan klien.

Kotak 6.11 Pamela
Pamela adalah wanita berusia 45 tahun yang mengalami serangkaian masalah. Hari ini dia membicarakan mengenai bosnya. Ini adalah sesi ketiganya bersama pekerja sosial Employee Assistance Program (EAP)
Pamela : Saya membenci orang ini. Dia selalu memandangi dadaku. Jadi Saya sengaja datang terlambat, saya mengambil beberapa menit tambahan waktu makan siang. Hal ini membuatnya kesal. (katanya sambil tersenyum)
Pekerja Sosial: Jadi anda tahu bahwa anda akan membuat bos anda kesal. (penafsiran).
Pamela : Begitulah, dia tidak pernah bersikap sopan, tidak pernah memberi tambahan gaji, dia selalu menemukan kesalahan dalam setiap tindakan saya.
Pekerja Sosial: Anda tampakan menemukan jalan untuk membuat diri anda tidak nyaman dalam pekerjaan anda. (penafsiran)
Pamela : Ya, tapi cukup menyenangkan membuatnya kesal. Ketika dia marah dia tidak dapat berpikir dan mukanya memerah. Saya senang melihat keadaan itu.
Pekerja Sosial: Saya penasaran dengan hal yang menyebabkan anda menemukan cara untuk membuat orang-orang kesal pada anda. Misalnya, anda mengatakan bahwa anda dan suami anda juga sering bertengkar. Mungkinkah anda merasa kesulitan untuk dekat dengan seseorang? Menggunakan cara ayah anda memperlakukan anda, mengkritik dan membentak merupakan hal yang sering anda lakukan. Membentuk konflik antara anda dan orang lain dalam hidup anda merupakan satu-satunya hal yang anda pahami dengan baik. (memancing respons/ interpretasi dinyatakan dengan lembut dan hati-hati)
Pamela : Sah, Saya belum pernah memandang hal ini dengan cara itu sebelumnya. Saya sering bertengkar dengan banyak orang dalam hidup saya. Sebuah bentuk interaksi utama saya dengan orang lain. Kacau sekali kan?

Pamela menyatakan bahwa dia secara sengaja berprilaku menyebalkan pada bosnya. Pekerja sosial memusatkan diri pada masalah yang mendasari–tidak merasa dihargai sebagai anak, sebagai karyawan, dan istri. Pemahaman baru ini dapat membantu Pamela menyelesaikan tanggung jawabnya dan diharapkan membawa perubahan dalam situasi kerja dan rumah tangganya.
Memberikan interpretasi merupakan proses yang sulit. Pekerja sosial memberikan pernyataan tentatif dan mengukur reaksi klien untuk menilai apakah interpretasi tersebut cukup membantu: misalnya “Saya kira, apakah....,” atau “Apakah hal itu berkaitan dengan....”(Cormier & Cormier, 1998). Penting diingat bahwa klien mungkin menerima atau menolak interpretasi pekerja sosial. Juga dengan merespons pesan aktual klien, pekerja sosial cenderung menunjukkan bias personal. Klien mungkin memberikan interpretasi sendiri apabila yang diberikan pekerja sosial tidak sesuai. Kesuksesan dalam menggunakan kemampuan ini bergantung kepada panjang, waktu, dan kualitas hubungan pekerja sosial dengan klien. Interpretasi lebih menguntungkan ketika pekerja sosial dan klien. Interpretasi lebih menguntungkan apabila pekerja sosial dan klien memiliki sejarah yang baik, dan klien tampak siap untuk meninjau masalah utama yang berkaitan dengan keadaannya (Kadushin & Kadushin, 1997). Menanyakan interpretasi pada klien dengan cara “mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan” bisa menjadi cara yang baik untuk membantu mereka membuat kesimpulan sendiri. Pendekatan ini juga sesuai dengan pembebasan dan efektivitas. Sebaliknya, klien mungkin membutuhkan interpretasi anda dan bertanya, “mengapa saya melakukannya?” ketika pekerja sosial memberikan interpretasi, dia harus mewaspadai respons verbal dan nonverbal klien. Interpretasi dapat mendorong variasi perasaan klien. Apabila pekerja sosial merasa klien membutuhkan dukungan tambahan untuk menghadapi pandangan baru, maka interpretasi harus didampingi dengan penafsiran, refleksi perasaan atau penyimpulan (Hepworth, Rooney & Larsen, 2002). Kotak 6.14 memberikan beberapa contoh kemungkinan respons pekerja sosial terhadap reaksi klien dari interpretasi tersebut.

Kotak 6.11 Pilihan Respons Pekerja Sosial Setelah Interpretasi
“Saya dapat melihat bahwa anda merasa tidak nyaman dengan pertanyaan saya....”
“Reaksi keras anda terhadap apa yang beru saja Saya katakan merupakan hal yang wajar, mari kita bicarakan....”
“Anda tampak memahami konsekuensi dari situasi ini. Air mata anda menjelaskan semuanya. Mari berfokus pada kesedihan anda....”
“Apa yang menyebabkan anda merespons hal itu dengan keras....?”
“Perasaan anda bisa dipahami, memang sulit untuk menghadapi ini sendiri....”
“Terdapat banyak tekanan pada diri anda saat ini, saya dapat melihat ketegangan di wajah anda, apa reaksi anda....?”

Perilaku yang Menyertai
Pekerja sosial harus responsif secara verbal maupun nonverbal pada klien. Salah satu cara pekerja sosial mengesankan perhatian adalah melalui penggunaan kata dan cara lainnya adalah melalui komunikasi nonverbal. Penting bagi klien untuk merasa didengarkan dan dihargai. Apabila klien merasakan perhatian tulus dari pekerja sosial, mereka akan lebih terbuka (Kadushin & Kadushin, 1997). Sebagai seorang pekerja sosial anda harus sensitif terhadap variasi kultural dan pola komunikasi serta menyadari serta menghormati keunikan klien (Hackney dan Cormier, 2001). (Lihat bagian 4 untuk informasi lebih lanjut mengenai konseling antar budaya.) Keberadaan sosial, sepenuhnya berada di sana dan mudah ditemui, merupakan instrumen dalam pembentukan serta perkembangan hubungan. Cara lain agar klien merasakan kebersamaan adalah ketepatan waktu pekerja sosial dalam setiap sesi, mengingat detil dari pertemuan sebelumnya, dan menepati janji yang telah diberikan. Tindakan ini bagi pekerja sosial menyatakan kepentingan dan kepedulian dan menjadi asset yang berharga untuk hubungan (Shebib, 2003).
Ketika mempertimbangkan lokasi sebuah wawancara, apakah dalam kantor anda, dalam dapur klien atau di taman, meminimalkan gangguan lingkungan juga merupakan bagian dari hal yang harus diperhatikan. Pastikan bahwa ruang anda adalah pribadi untuk menastikan kenyamanan klien. Sebagai contoh, di rumah klien, mungkin cocok untuk duduk jauh dari televisi (jika nyala), di sudut ruang atau dalam sebuah kamar dimana anda dapat mendapatkan privasi. Di kantor anda, memasang telepon ke mode pesan atau resepsionis dapat meberikan waktu yang tidak terganggu untuk anda dan klien anda. Jika kantor anda terbagi, tanda “jangan diganggu” dapat menunjukkan bahwa anda sedang ada urusan dengan seorang klien. Di tempat umum, temukan tempat terkendali untuk perbincangan pribadi.
Ada beberapa cara dimana pekerja sosial dapat berkomunikasi dengan penuh perhatian dan kepedulian dan keterlibatan dengan klien secara non verbal. Nada suara, posisi tubuh, pergerakan kepala, senyum yang hangat, kontak mata, tanggapan, dan pencerminan respon emosi dan wajah klien dan semua komponen tentang keterampilan ini diketahui sebagai “prilaku pertemuan ” (Cormier & Cormier, 1998). Penempatan tubuh, apa yang kita komunikasikan melalui tangan, sikap tubuh, mempelajari dan menghadapi klien kita, dan menjaga pendekatan dalam keadaan yang tetap santai merupakan cara yang penting untuk menyampaikan “Saya disini bersama anda, anda mendapatkan perhatian saya secara penuh.” Anda menyampaikan, “ saya mengikuti langkah anda dan saya mendengarkan.”
Mendudukan penataan akan tergantung pada pengaturan wawancara. Jika mengunjungi rumah klien, tunggu sampai klien menunjukkan dimana untuk duduk, adalah baik untuk menempatkan tempat duduk dengan jarak tiga atau empat kaki. Jarak itu akan mengurangi kegelisahan klien (Cormier & Cormier , 1998). Selalu sadar dengan kebutuhan klien untuk ruang personal dan selalu menghargai kebutuhan ini dengan membolehkan klien untuk menentukan jarak yang paling nyaman. Apakah empat atau tiga kaki cukup atau terlalu jauh. Berikan kesempatan pada klien untuk menentukan jarak menurutnya. Ini adalah perthatian tertentu ketika bekerja dengan klien dari latar belakang budaya yang berbeda. Sebagai contoh, jika klien menarik kursi terlalu dekat, memasuki ruang personal anda, atau memundurkan kursi anda atau secara diplomatis meminta klien untuk bergerak mundur sedikit. Dan lebih penting, temukan kenyamanan diri anda untuk duduk dalam posisi dan santai.
Sentuhan juga merupakan bagian dari bagaimana pekerja sosial menggunakan tubuhnya untuk penyampaian kepentingan. Sentuhan dapat dipersepsikan sebagai hal yang positif atau negatif, tergantung pada jenis sentuhan dan konteks bagaimana hal itu terjadi (Cormicr & Cormier, 1998). Selalu sadar akan latar belakang budaya klien dan pengalaman masa lalu (contoh, mendapatkan kekerasan seksual ketika kecil), dan masalah yang berkaitan dengan gender (Contoh, dapatkan sentihan diinterpretasikan oleh klien sebagai pendekatan seksual ?) gunakan dengan benar, sentuhan dapat sangat ampuh, cara non-verbal dalam mengkomunikasikan “Saya peduli, Saya mendengarkan, dan saya peduli.” Cara yang tidak mengancam untuk menghadapi klien yang menangis adalah dengan menawarkan tissue, dan hal tersebut akan memenuhi kebutuhan tanpa sentuhan aktual. Anda juga dapat bertanya pada klien apakah tidak masalah apabila menyentuh mereka.
Tetap jaga kontak mata dengan klien untuk menyampaikan pemahaman dan tanggapan (Kadushin & Kadushin , 1997). Hal ini tidak sama dengan melotot pada klien, yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang sangat. Hubungan mata pada klien dan atau pekerja sosial dapat memperlihatkan kesiapan untuk melakukan sesuatu dan menyelami situasi masalah.
Nada suara adalah aspek lain dalam prilaku pertemuan. Ia bukan hanya kata-kata yang diucapkan, tetapi juga cara bagaimana kata disampaikan (Cormier & Cormier, 1998). Nada suara menambah warna dan kekayaan pesan. Menjadi ekspresif secara verbal, para pekerja sosial dapat merefleksikan atau menyesuaikan dengan perasaan klien. Kotak 6.15 memberikan sebuah contoh :
Kotak 6.15 Nada Suara
Pekerja sosial : Anda terdengar sangat sedih ( katakana dengan lembut, dan pelan)
Klien : Saya sangat tertekan, saya belum pernah merasa buruk dalam hidup saya
Pekerja sosial : hal itu dapat dimengerti; anda masih berdukacita karena kematian anak anda (katakan dengan intonasi kesedihan)


Disini para pekerja sosial menyesuaikan nada suara dengan kata yang dipilih dengan demikian klien akan menglamai perhatian pekerja sosial pada beberapa tingkat. Pastikan untuk berbicara dengan jelas, tidak terlalu keras (atau terlalu lembut) dan variasikan nada dan alunan anda . Atur cara bicara, pertanyaan dan tanggapan dalam cara yang menyatakan ketertarikan , bukan kebosanan.
Menggunakan kehinganan dengan sesuai dalam wawancara pekerja sosial dapat menjadi cara yang efektif untuk berkomunikasi. Mungkin ada beberapa kejanggalan dalam keheningan dalam wawancara. Singkatnya, sebagai pekerja sosial, anda mengasumsikan bahwa anda tidak melakukan sebuah pekerjaan yang tidak cukup; oleh karena itu kita dapat loncat dengan terlalu cepat dan mencoba untuk mengisi kesenjangan atau “menyelamatkan klien”. Sebagai contoh, seorang klien dapat sangat pendiam atau menarik diri. Dalam rangka untuk tetap menjaga agar perbincangan tetap mengalir, pekerja sosial terus menanyakan serangkan pertanyaan atau pidah pada topik yang tidak terlalu menantang secara emosional bagi klien. Dalam kasus ini, pekerja sosial melompat dan mengarahkan wawancara, yang diinginkan oleh klien tahan keinginan untuk mengisi setiap kekosingan dengan pertanyaan atau tanggapan. Sebaliknya, jika kesunyian berlanjut dan klien menjadi tidak nyaman ( bergerak-gerak di tempat duduk mereka, melihat kepada anda secara langsung untuk meminta bantuan), menginterupsi kesunyian dapat menjadi berguna. Dalam hal ini, pekerja sosial dapat berkoementar dalam kesunyian tersebut: “ anda nampak mencoba berjuang dengan masalah ini, saya mendapatkan kesan adan butuh untuk memperlambat langkahm: atau dengan bertanya dengan pertanyaan yang sesuai: “Anda sangat pendiam, Apakah diamnya anda berhubungan dengan gejolak yang anda rasakan di dalam?”
Menurut Shebib, 2003, ada enam jenis kesunyian.
• Berfikir – klien butuh waktu untuk memproses informasi dan tanggapan
• Bingung dan tidak yakin tentang apa yang harus dikatakan atau dilakukan – klien tidak mengetahui apa yang diharapkan dan oleh karena itu menjadi gelisah. Disini pekerja sosial mungkin perlu untuk menginterupsi kesunyian dan mengklarifikasi pertanyaan, harapan atau mengarhkan.
• Menemukan perasaan yang menyakitkan – klien membutuhkan ruang untuk merasa dan mengalami sakit dan kegelisahan
• Berurusan dengan masalah-masalah kepercayaan – klien sungkan dan melindungi diri sendiri, mungkin tanpa sengaja.
• Memiliki sifat pendiam – klien pendiam karena sifatnya dan lebih menykai mengkomunikasikan dengan cara lain, sebagai contoh melalui seni atau tulisan
• Tertutup pada hal tertentu – klien tidak memiliki hal lain untuk dikatakan mengenai topic atau gagasan
Dalam setiap kejadian ini pekerja sosial akan memberikan tanggapan secara berbeda terhadap kesunyian klien. Sebagai contoh, klien yang tidak menyukai untuk berurusan dengan masalah kepercayaan akan menggunakan kesunyian untuk mengendalikan wawancara dan memperlihatkan permusuhan (Shebib, 2003). Klien yang memiliki sifat pendiam dan tidak memberikan penjelasan yang panjang mungkin lebih nyaman duduk dengan pikiran diri sendiri dari pada memberikan tanggapan yang spontan.
Berbicara secara umum, pendekatan terbaik terhadap kesunyian adalah dengan terpengaruh oelh hal tersebut, tetapi dengan memahami dan menerima kesunyian sebagai prilaku yang sesuai. Tunggu dengan sabar, ambil nafas dalam, minum seteguk air, tetapi tetap santai dan penuh perhatian. Ketika anda mengembangkan kemampuan untuk menggunakan keterampilan ini, anda akan mengetahui bahwa kesunyian merupakan hal yang berharga terhadap hubungan. Menjadi mampu untuk duduk dengan tenang, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya, ungkapan apa yang akan terjadi adalah hal yang berharga untuk ditunggu.
Tanggapan pengulangan ditawarkan oleh pekerja sosial adalah cara lain dalam menyatakan pemahaman. Tanggapan pengulangan dapat digunakan untuk menggarisbawahi kata tertentu ( Klien : saya ragu apakah ia akan memaafkan saya! Pekerja sosial : memaaf kan anda?”). gerak tangan atau anggukan kepala adalah cara lain untuk mengkomunikasikan secara non verbal bahwa pekerja sosial sedang mendengarkan dan mempersilakan klien untuk melanjutkan.
Pengucapan kata tunggal , seperti “hmmm” uh-huh,” “um,” dan” lanjutkan” juga menyatakan suatu ketertarikan terhadap klien dan bekerja sebagai dorongan bagi klien untuk melanjutkan. Tanggapan pengulangan memberikan dukungan yang tidak memaksakan dan cara untuk mengawasi alur wawancara (Hill & O’Brien, 2004).
Contoh berikut ini mengilustrasikan penggunaan prilaku pertemuan ini
Kotak 6.16 Franny
Franny dalam usia 70-an. Ia hhidup dengan anggaran yang sangat terbatas. Ia mengkhawatirkan tentang tuntutan keuangan anak perempuannya
Klien : Putri saya menolak untuk mebahas keuannya dengan saya, tetapi ia mengatakan tidak punya uang dan butuh pinjaman
Pekerja Sosial : Pinjaman ? (klarifikasi)
Klien : Pinjaman, untuk sesuatu, tetapi ia tidak ingin mengatakan pada saya untuk apa. Hal itu membuat saya berfikir hal yang buruk, seperti ia berhutang pada orang jahat.
Pekerja Sosial : Dan …. (tanggapan pengulangan )
Klien : hal itu membuat saya takut. Saya tidak ingin siapaun mengejar dia atau saya
Pekerja sosial : hal tersebut mengkhawatirkan. (pengulangan) menurut anda apa yang akan terjadi kepadanya? (pertanyaan terbuka)
Klien : Saya tidak tahu, tetapi ia selalu berakhir dengan masalah, yang membuat saya jengkel kepadanya
Pekerja sosial : Hmmmm (tanggapan pengulangan)
Klien : Saya tahu ia mengandalkan saya untuk membantunya dan saya biasanya melakukannya, tetapi saya tidak ingin meminjamkan dia uang kecuali ia mengatakannya untuk apa. Saya tidak dapat selalu melakukan hal ini. Hal ini membuat saya sedih
Pekerja sosial : diam ( 10-15 detik – strategi tanggapan selanju8tnya)
Klien : anda tahu saya merasa sangat marah tentang semua hal ini. Ia memperalat sata dan tidak memberikan kesempatan untuk berfikir. Ia merasa benar terhadap segala hal dan berkaitan dengan apapun yang saya miliki. Saya mengira saya melakukan sesuatu yang salah…. Sangat banyak orang dalam hidup saya memperlakukan saya seperti ini. Ia adalah putrid saya sehingga saya membuat pengecualian untuk dia. Tetapi sebanyak saya membenci untuk mengakuinya, hal ini bukan hanya tentang dia ( konfrontasi diri pada bagian diri klien)
Pekerja sosial : anda melihat sebuah pola; seseorang memanfaatkan sifat kebaikan anda dan anda merasa diperalat (peringkasan) anda dapat menggambarkan beberapa situasi yang sama ketika anda merasa hal ini ? (pertanyaan terbuka)


Melalui refleksi pengungkapan perasaam, paraphrasing , peringkasan dan tanggapan selanjutnya pekerja sosial menyatakan kepada klien sebuah pemahaman tentang pengalaman mereka.
Pekerja sosial dapat juga melakukan hal ini secara non verbal menggunakan ekspresi wajah untuk mencerminkan kembali pada kesadaran klien tentang keadaan emosional klien. Jika seorang klien membicarakan tentang waktu yang menyenangkan ketika ia berada di dansa sekolah menangah tinggi dan dengan semangat menggambarkan pengalam baru ini, maka merupakan hal yang sesuai bagi pekerja social untuk bekerja dengan senyum kepuasan. Sebaliknya, jika seorang klien sedang membahas tentang bagaimana perasaan sedihnya dan kecewanya (tetapi tidak ingin dikasihan). Ekspresi wajah pekerja sosial harus mendorong komunikasi verbal ( contoh: dengan mengatakan, “ saya tertarik dalm mendengarkan cerita anda dan tertarik pada klien, bukan terlihat bosan atau tidak tertarik). Ungkapan non verbal ketertarikan ini dapat menyuarakan pada klien dan bekerja sebagai dorongan untuk melanjutkan
Sebagai tambahan, dan juga penting bagi pekerja sosial untuk melayani kata-kata klien dan ungkapan wajah klien yang tidak haromonis ( contoh : klien mengatakan “saya merasa baik-baik saja” ketika air mata mengucur dari wajahnya). Menggunakan contoh ini, pekerja sosial dapat menanggapi pada “ air mata melawan kata-kata” dengan mengatakan “walaupun anda mengatakan baik-baik saja, air mata anda mengatakan sesuatu yang berbeda. Saya ingin membicarakan tentang kesedihan yang anda alami saat ini”
Pergerakan kepala pekerja sosial dapat juga memberikan umpan balik non verbal kepada klien sebagai corak untuk mendorong atau menahan klien dari pembahasan lebih jauh. Anggukan kepala keatas dan kebawah memberikan kesan bahwa pekerja sosial sedang mendengarkan dan menyetujui. Menggelengkan kepala dari kiri kekandan dapat menyatakan bahwa pekerja sosial tidak setuju atau tidak menykai, menyebabkan komunikasi berhenti atau terbatas. Hati-hati tidak terlalu menganggukan kepala anda, hal itu dapat mengganggu klien anda.
MENGINTEGRASIKAN KETERAMPILAN PEKERJA SOSIAL DAN PRILAKU PERTEMUAN
Keterampilan wawancara bekerja dengan baik ketika digunakan dengan mengkombinasikan dengan satu sama lain. Wawancara pekerja social dapat menjadi lebih kaya dan lebih mendalam dalam arti ketika keterampilan digunakan bersamaan. Contoh berikut ini mengilustrasikan penggunaan beberapa keterampilan yang digunakan bersamaan.
Kotak 6.17 Lois
Lois adalah wanita tua berusia 57 tahun. Putrinya Mary kabur beberapa bulan lalu. Tidak ada pesan dari Mary sejak ia meninggalkan rumah.
Pekerja sosial : Anda mengatakan hari itu bahwa anda merasa gusar ketika anda menunggu panggilan telepon tentang anak perempuan anda Mary, (paraphrase) bagaimana anda dapat menjalani hari? (pertanyaan terbuka)
Lois : saya mencoba untuk tetap sibuk. Semenjak ia pergi saya belum mampu untuk tidur dengan nyenyak. Saya bangun karena saya memiliki mimpi buruk ini. Suami saya bertindak seperti tidak ada yang terjadi
Pekerja sosial : pasti itu sangat menyakitkan bagi anda, seperti anda menjalani hal ini sendirian.
Lois : sangat dingin. Saya tidak dapat berbicara kepadany; saat ini ia tidak mau mendengar hal itu. Saya berfikir hal itu sangat menyakitkan bagi dia, tetapi seperti biasanya, ia tidak mengatkannya semua pada saya. Saya ingin ia kembali pulang. Saya tidak dapat berhenti berfikir mengenai dirinya. Ia sama sekali tidak mendukung. Saya harap suami saya yang pergi dan bukan Mary.
Pekerja sosial : anda sangat khwatir tentang putrid anda dan apa yang terjadi kepadanya dan pada saat yang sama anda merasa menyesal. Apakah anda mengira anda bertanggung jawab atas perginya dia? (peringkasan dan pertanyaan tertutup)
Lois : Iya, ia pergi dari rumah karena teriakan dan bentakan. Mary masuk kedalam obat-obatan. Selalu mabuk, bolos sekolah, pada dasarnya mencoba untuk lari dari hidupnya. Ia menolak untuk mendengarkan saya, ayahnya mengeluarkan dia. Ia tidak banyak dirumah, tapi ketika ia dirumah, ia melakukannya dengan buruk.
Pekerja Sosial : apa yang anda maksud dengan buruk ? (Klarifikasi)
Lois : ia selalu berteriak. Ia dating ke rumah dalam keadaan mabuk hampir setiap malam. Ia tidak berada dalam posisi untuk menilai prilakunya, ia sangat mabuk.
Pekerja sosial : anda terdengar sangat marah. Saya heran, apakah anda menyalahkan dia atas kepergian Mary ? (cerminan perasaan dan interpretasi)
Lois : saya sering menyalahkan diri saya. Saya tidak ingin ia pergi, tetapi sekarang saya disini tanpa putrid saya, tidak mengetahui apakah ia masih hidup atau sudah meninggal. (klien menangis)
Pekerja sosial : (Pekerja sosial tetap diam untuk hampir kira-kira satu menit, lalu mengatakan “Hal ini sangat menyakitakan bagi anda.” (lebih diam, mencondong, memberikan tissue kepada klien)
Lois : (Klien masih menangis) “ Sudah lama saya tidak menangisi hal ini”
Pekerja sosial : saya disini, tidak apa-apa )kontak mata langsung, menawarkan keamanan dan pemberian informasi dan lebih diam)


KESIMPULAN
Menetapkan dan menjaga hubungan yang membantu adalah hal yang penting untuk merencanakan perubahan. Hal tersebut melibatkan menempatkan kebutuhan dan kepentingan klien sebagai hal yang paling penting. Hal ini berarti mendengarkan secara penuh, memahami dan bekerjasama dalam situasi dan pengalaman hidup kedalam kerangkan referensi anda. Hal itu tidak berarti mengandung arti dikendalikan oleh bias, nilai, suara internal atau gangguan anda. Penyamaan ini merupakan hal yang penting dalam hubungan bantuang. Tanpa tingkat komitmen ini, fokus dan konsentrasi hubungan bantuan tidak dapat berevolusi dan bergerak ke depan.
Ingat, ketika keterampilan pekerja sosial pertama kali digunakan oleh permulaan pekerja sosial, mereka dapat nampak mekanikal. Dengan waktu dan latihan, mereka akan mencari hampir sifat kedua. Tetaplah ingat, walaupum, bahkan pekerja sosial yang palig berpengalaman memiliki keomitmen terus-menerus untuk meningkatkan keterampilan wawancara mereka. Melalui kontak dengan pekerja sosial lain, keanggotaan professional seperti NASW, dan terlebih penting lagi, pengembangan prilaku evaluasi diri, anda dalam jalan yang benar untuk menjadi professional yang berketrampilan.
MARGINALISASI AGAMA
Artinya:” Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan Mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan Mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
Semakin hari kian terasa bahwa kehidupan manusia makin menjurus kearah pengejaran segala sesuatu yang bermakna fisik-material, di mana dalam kajian sosiologi kecenderungan semacam ini disebut sebagai proses “reifikasi”, yaitu ketika manusia saling mengejar apa saja yang bernilai “material”. Bagi mereka kehidupan ini dimaknai hanya sekedar untuk mengisi “perut” dan memenuhi segala macam kesenangan yang nyaris mengabaikan segala aspek yang berdimensi spiritual.
Agama hampir dapat dipastikan akan mengalami dampak yang cukup mengancam kelangsungan hidupnya, ketika sekularisasi besar-besaran telah menggusur ikatan yang bersifat “sakral, suci dan transenden”, sehingga afinitas keagamaan makin pudar dan luntur, bahkan kadar keberagamaan dapat menghilang sama sekali dalam pergaulan hidup manusia era modern, inilah salah satu ciri dan dampak dari era yang disebut Cak Nur “ Zaman Teknik”.
Memang harus diakui bahwa manusia telah melalui suatu perjalanan panjang dalam pencarian hakekat dan makna hidupnya. Pengalaman demi pengalaman telah dilalui yang pada akhirnya manusia telah sampai kepada puncak kemajuan melalui pengemangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana IPTEK mendominasi segala aspek kehidupan.
Kemoderenan selalu identik dengan kehidupan keserbaadaan, sedangkan modernisasi itu sendiri merupakan salah satu cirri umum peradaban maju – yang dalam sosiologi berkonotasi perubahan sosial masyarakat yang kurang maju atau primitive untuk mencapai tahap yang telah dialami oleh masyarakat maju atau berperadaban.
Mungkin modernitas memang suatu keharusan sejarah manusia, modernisasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan, baik individual maupun kemasyarakatan. Tidak kurang filosof eksistensialis menyebut era ini sebagai “kehancuran”, kendatipun membuka berbagai kemungkinan baru. T.S. Elliot menyebutnya sebagai era kecemasan, bahkan bagi para seniman era ini disebut sebagai keterasingan baru dan pemenjaraan yang paling menakutkan.
Jadi memang harus dipahami bahwa zaman modern harus dipandang sebagai suatu kelanjutan yang wajar dan logis, dalam perkembangan kehidupan manusia, yang ditandai oleh kreatifitas manusia dalam mencari jalan mengatasi kesulitan hidupnya di dunia ini, dan harus dipahami pula bahwa betapapun kreatifnya manusia di zaman modern, namun kretifitas itu, dalam perspektif sejarah dunia dan umat manusia secara keseluruhan, masih merupakan kelanjutan hasil usaha (achievement) umat manusia sebelumnya. Karena itulah modernitas sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, lambat ataupun cepat modernitas tentu pasti muncul dikalangan umat manusia, entah kapan dan di bagian mana di muka bumi ini. Jika kebetulan momentum zaman modern dimulai oleh Eropa Barat laut sekitar 2 abad yang lalu, maka sebetulnya telah terjadi pula kebetulan serupa sebelumnya, yaitu dimulainya momentum zaman agrarian dari lembah Mesopotamia sekitar lima ribu tahun yang lalu, yang disebut juga sebagai zaman permulaan sejarah, dan zaman sebelumnya disebut zaman prasejarah yang tanpa peradaban, karena itu lembah Mesopotamia dianggap sebagai tempat buaian peradaban manusia.[1]
Bagaimana peran agama di tengah Era Modern (dampak yang ditimbulkan, juga pengaruh yang drastis bagi kehidupan manusia), penulis mencoba untuk mengungkap dalam tulisan ini.
Pembahasan
A. Definisi
Kata modenisasi secara etimologi berasal dari kata modern, kata modern dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti: baru, terbaru, cara baru atau mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman, dapat juga diartikan maju, baik. Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa latin “modernus” (modo:baru saja) atau model baru, dalam bahasa Perancis disebut Moderne.
Modernisasi ialah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini.[2]
Modernisme adalah pikiran, aliran, gerakan-gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Modernisme dalam kamus bahasa Indonesia berarti pembaharuan, mempunyai padanan kata dalam bahasa Arab tajdid, ashriy, hadits, bukan bid’ah, ibda atau ibtida, yang berarti kebaruan, pembaruan atau pembuatan hal baru, dalam bahasa Inggris Innovation, konotasinya negatif karena secara semantik mengandung arti pembuatan hal baru dalam agama an sich, (dalam Islam misalnya ada ajaran yang bersifat mutlak, tidak dapat diubah tetap ortodoks atau menurut sunnah, terutama dalam hal pokok kredo, kepercayaan, bahkan dalam ibadahpun misalnya shalat shubuh harus dua raka’at, sesuai apa yang dikerjakan Nabi. Jadi yang harus dimodernisasikan dalam Islam adalah pola berpikir terhadap agama yang perlu diperbaharui dalam arti memperbaharui penafsiran-penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran dasar al-Qur’an dan Hadits, sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman).
Adapun modernisasi secara terminologi terdapat banyak arti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dari banyak ahli. Menurut Daniel Lerner, modernisasi adalah istilah baru untuk satu proses panjang – proses perubahan social, dimana masyarakat yang kurang berkembang memperoleh ciri-ciri yang biasa bagi masyarakat yang lebih berkembang.[3]Light dan Keller, mengartikan modernisasi sebagai perubahan nilai-nilai, lembaga-lembaga dan pandangan yang memindahkan masyarakat tradisional kearah industrialisasi dan urbanisasi.[4] Atau seperti ditegaskan Zanden, modernisasi merupakan suatu proses yang melaluinya, suatu masyarakat beralih dari pengaturan sosial dan ekonomi tradisional atau pra-industrial ke masyarakat yang bercirikan industrial.[5] Industrialisasi sering digunakan dalam arti luas sebagai ekuivalen dengan bentuk modernisasi ekonomi.Definisi senada diungkap Nurcholish Madjid, yang mengatakan bahwa “zaman modern”, adalah “zaman Teknik” (technical Age), bila dilihat dari hakikat intinya, karena pada zaman ini peran sentral teknikalisme serta bentuk-bentuk kemasyarakatan yang terkait dengan teknikalisme sangat kental, wujud keterkaitan antara segi teknologis diacu sebagai dorongan besar pertama umat manusia memasuki zaman sekarang ini, yaitu revolusi industri (teknologis) di Inggris dan revolusi Perancis (social politik) di Perancis.[6]
Begitu juga J. Kautsky Jr. mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang melaluinya suatu masyarakat mencapai keyakinan terhadap control rasional dan ilmiah lingkungan fisik dan manusia serta implikasi teknologi yang sesuai dengan tujuannya.[7] Ahli lainnya, Wright berpendapat bahwa biasanya modernisasi harus dibayar dengan harga yang mahal. Harga sosialnya, menurut Weiner adalah timbulnya ketegangan (tension), sakit mental, kekerasan, perceraian, kenakalan remaja, konflik rasial, agama dan kelas, dan juga menurut Wright akan timbul kriminalitas, penyalahgunaan obat, serangan jantung.[8] Serta dapat pula ditambahkan tentu saja adalah stress dan AIDS, dua penyakit yang banyak muncul dalam masyarakat industri modern, tetapi begitu sulit untuk menemukan obatnya.
Munculnya dua penyakit tersebut terakhir ini juga cukup menimbulkan tanda Tanya. Justru ketika manusia makin rasional mereka makin tidak mampu menguasai diri sendiri, yang kemudian menyeret mereka untuk terjerumus kepada perilaku yang aneh dan juga tidak rasional. Di Indonesia misalnya, khusus di Kota Besar dapat disaksikan makin banyaknya orang yang lari dari kenyataan hidup yang serba mekanistik kepada yang berbau “mistik”.Jadi memang, modernisasi merupakan suatu proses yang mengandung banyak segi yang mencangkup perubahan-perubahan dalam semua kawasan pemikiran dan kegiatan manusia.Pengertian lain dari modernisasi dikemukakan oleh R.A Scalapino, yaitu suatu proses di mana suatu masyarakat atau kawasan tertentu menselaraskan diri dengan tuntutan dan kesempatan waktu, dengan tujuan-tujuan memajukan pembangunan ekonomi, harmoni social dan stabilitas politik.[9] Pengamat lainnya mendefinisikan modernisasi sebagai proses perubahan social yang kompleks dari cara hidup dan berpikir tradisional. Modernisasi adalah satu bahagian dari pengalaman universal yang telah terjadi sejak lima abad lalu dan telah pula memasuki kawasan dunia yang berkembang sekitar satu abad yang lalu.
B. Karakteristik Masyarakat Modern-Tradisional Sebuah Analisa Komparatif.Menurut pandangan dikotomik modern-tradisional, Asaf Husain[10], memerinci kedua masyarakat tersebut menjadi:
Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern
1. Status Askriptif 1. Status Prestasi
2. Peranan-peranan yang tersebar 2. Peranan Spesifik
3. Nilai-Nilai yang partikularistik 3. Nilai-nilai yang Universalistik
4. Orientasi Kolektif 4. Orientasi diri Sendiri
5. Afektifitas 5. Netralitas Afektif
Sedangkan bagi Abraham[11], melihat karakteristik dari sudut pandang evolusi masyarakat sebagai berikut:
TRADISIONAL TRANSISI MODERN
Berpindah-pindah Dualisme structural yang memungkinkan adanya bajak lembu dengan pesawat terbang Industri
Teknologi primitive - Teknologi Maju
Sumber tenaga yang hidup Kombinasi sumber tenaga serta perubahan budaya, muncul norma modernitas Teknologi maju sumber tenaga yang tidak hidup
Pembagian kerja yang sederhana Industrialisasi Pembagian kerja berdasarkan fungsi
Swasembada unit social Urbanisasi Interdependensi social
Produksi primer Mobilisasi politik Produksi sekunder
Tradisi suci Rekayasa social Sekularisme
Organisasi komunal - Birokrasi impersonal
Solidaritas mekanik - Solidaritas organic
System status berdasarkan keturunan - Mengutamakan prestasi
Semangat gotong royong - Urbanisasi
Cara pandang lain dikemukakan oleh James Robertson[12], yang disebutnya dengan pergeseran paradigma. Seperti pada table berikut:
DARI KE
Pengetahuan ilmiah dan akademis Pemahaman intuitif
Politik perwakilan dan pemerintahan birokratis Politik komunitas dan demokrasi langsung
Ekonomi institusional berdasar uang dan pekerjaan Ekonomi dengan hadiah barter dalam rumah tangga dan masyarakat local
Hubungan berjarak antara professional dengan kliennya Pengalaman bersama secara pribadi
Pelayanan social yang melembaga Hubungan pribadi atas dasar kasih sayang
Kegiatan religius yang terorganisir dan doktrin agama yang terkodifikasi Pengalaman spiritual pribadi
C. Ciri-ciri Zaman Modern
Adapun cirri zaman modern adalah:
1. Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia.2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (yang merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak abad XVIII yang menjadikan manusia mampu membentuk serta mengendalikan alam melalui cara-cara yang tak terhingga)[13] sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia.
3. manusia semakin kreatif, dan kreatifitas manusia bertujuan mencari jalan dalam mengatasi kesulitan hidup di dunia.
D. Ciri Manusia Modern
Menurut Inkeles modernisasi memerlukan perubahan mendasar dalam cara berpikir dan perasaan, yaitu perubahan dalam keseluruhan sikap terhadap problem kehidupan, masyarakat dan alam semesta. Untuk itu Inkeles membagi tujuh cirri khas manusia modern sebagai berikut:
1. Kesiapannya terhadap pengalaman baru dan keterbukaannya untuk menerima inovasi dan perubahan.
2. Ia harus mampu membentuk atau menangani opini berkenaan dengan sejumlah besar masalah dan isu yang timbul baik dari lingkungannya ataupun diluarnya.
3. Ia menunjukkan sikap yang lebih sadar terhadap berbagai sikap dan opini dilingkungannya daripada menutup diri terhadap kenyataan di luar dirinya.
4. Berorientasi pada masa sekarang dan mendatang dari pada ke masa lalu.
5. Ia percaya bahwa manusia dapat belajar untuk menguasai lingkungan untuk memajukan tujuannya sendiri, bukan tunduk pada lingkungan.
6. Ia yakin bahwa dunia ini dapat dikalkulasikan, bahwa orang dan lembaga-lembaga lain di sekitarnya dapat tergantung padanya untuk memenihi dan menemukan kewajiban dan tanggung jawabnya.
7. Ia sangat percaya terhadap keadilan distributive.
Untuk itu Black menyarankan adanya empat masalah pokok yang harus diingat dalam menuju modernisasi:
1. Ditandai oleh betapa pentingnya kemampuan yang relevan dengan modernisasi yang telah dikembangkan masyarakat selama era pra-modern.2. Memandang kemajuan ilmu seperti yang tercermin dalam revolusi ilmu dan teknologi sebagai satu sumber pokok perubahan yang membedakan era modern dengan era-era sebelumnya.3. Menguji kemampuan suatu masyarakat untuk mengambil keuntungan yang mungkin diberikan oleh kemajuan pengetahuan dalam bidang politik, ekonomi dan social.4. Secara kritikal, mengevaluasi penggunaan berbagai kebijakan yang diambil oleh pimpinan politik untuk mengubah warisan lembaga tradisional hingga berguna bagi masyarakat modern serta untuk meminjam secara selektif dari yang lebih modern.
E. Unsur Peradaban Modern
Menurut A.H. Siddiqi, peradaban modern mencangkup beberapa unsure, yaitu: Liberalisme, materialisme, demokrasi atau pemerintahan mayoritas, hubungan bebas (promiskuiti) seksual, dan nasionalisme.[14]
Lerner mengemukakan bahwa aspek modernisai ialah : urbanisasi, industrialisasi, sekularisasi, demokratisasi, pendidikan dan partisipasi media.[15]
F. Dampak dan Masalah Masyarakat Modern
Light dan Keller mengajukan empat dilemma yang dihadapi masyarakat modern, yaitu:
1. Dilema pertumbuhan, meningkatnya pengangguran dan alienasi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi
2. Dilema control, mengontrol perkembangan teknologi.
3.Dilema distribusi, ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.
4. Dilema peranan kerja, tidak mampu memberikan peranan social yang memadai.[16]
Kehidupan social moden, menurut Poole membawa kontradiksinya sendiri, baginya ia menimbulkan tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan yang tidak mampu untuk dipenuhi.[17] Bagi agama, modernitas bukan sekedar sesuatu yang bersifat eksternal yang memerlukan penyesuaian atau tidak. Karena modernitas mencangkup suatu perasaan identitas yang berubah dan suatu cara baru menyikapi imej-imej batas. Di Barat, modernitas muncul tidak hanya di kawasan sains dan teknologi tetapi juga memasuki inti tradisi agama itu sendiri.Bagi Islam, modernitas menyebabkan adopsi system politik, hukum dan pendidikan Barat.[18] Sekularisai merupakan tantangan yang memperkecil peranan agama, tetapi ia tidak dapat dihindari. Sekularisme mencangkup “concern” terhadap dunia material daripada kepentingan abadi dan spiritual. Suatu cara berpikir sekuler cenderung menemukan penjelasan tertinggi segala sesuatu dan tujuan akhir umat manusia di dalam batas yang tidak dapat diindera dan ditemukan. Bagi masyarakat beragama, seperti abad pertengahan, sasaran utamanya terletak pada dunia-nanti, pada kehidupan setelah mati. Sedangkan dalam masyarakat sekuler, perhatian tertuju pada “disini dan kini”, biasanya terarah pada penguasaan benda-benda material.[19]Davis menganggap sekularisasi baginya sudah merupakan satu takdir dalam masyarakat modern.[20] Masyarakat industri modern baginya didasarkan pada rasionalisasi dan bertujuan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi terus-menerus. Sekularisasi yang mengancam eksistensi agama bermakna ganda “entgollerung” (runtuhnya agama) dan “die entzauberung der welt” (hilangnya magis dari dunia), yang menurut Weber gejalanya adalah:
1. Masyarakat mengalihkan perhatiannya dari usaha-usaha agama “Other Worldly” kepada dunia ini dan menginvestasikan dunia ini dengan signifikansi positif yang baru
2. Masyarakat dengan sendirinya terbebas dari “taman magis” arkaik dan menghilangkan kekudusan dunia, untuk kemudian dimanipulasi menjadi cara yang tidak berkhayal.
3. Sebagai hasil dari pertumbuhan kekayaan dan hedonisme pembangunan yang berhasil maka agama mulai merosot.[21]
G. Marginalisasi Peran Agama di Era Modern
Kemoderenan selalu identik dengan kehidupan keserbadaan. Sedangkan modernisasi merupakan salah satu ciri dari peradaban maju. Modernisasi selalu diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya manusia menjadi mampu menguasai alam dengan memanfaatkan teknologi modern. Masih banyak lagi pengertian modernisasi, namun intinya menurut Lerner, modernisai itu mencangkup : 1) pertumbuhan ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan, 2) partisipasi politik, 3) penyebaran norma-norma, 4) tingginya tingkat mobilitas social dan geografis, 5) Transformasi kepribadian.modernitas tersebut menurut Hardgrave gejalanya apat dilihat dalam tiga dimensi: teknologis, organisasional dan sikap. Aspek teknologinya bisa dilacak pada dominasi industrialisasi sehingga masyarakat dapat dibedakan menjadi praindustri dan industri. Sedangkan dimensi organisasional mengejawantah dalam tingkat diferensiasi dan spesialisasi serta menjelma menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat kompleks. Di pihak lain pihak segi sikap dalam kemeoderenan mencangkup rasionalitas dan sekularisasi dan pertentangan cara pandang ilmiah lawan magis –religius.Dari pandangan terakhir diatas jelas betapa marginal kedudukan agama dalam madyarakat industri modern. Ada dua corak agama yang memiliki cara yang berbeda dalam merespon tuntutan perkembangan masyarakat, yaitu agama-agama wahyu – yang relative bisa bertahan menghadapi arus gelombang modernisasi seperti Islam, Yahudi dan Kristen juga agama-agama wahyu lain, yang begitu rentan terhadap amukan modernisasi sehingga tidak mampu bertahan.Semua agama mempunyai klaim yang sama, untuk dapat berlaku dalam semua situasi, dalam segala satuan social dan dalam rentangan waktu yang tidak terbatas. Setiap agama memiliki empat isi pokok, yaitu: doktrin, organisasi, ritual dan pemimpin. Kecanggihan unsur-unsur tersebut sangat tergantung pada tingkat kemajuan yang dialami oleh masyarakat pendukungnya. Karena itu agama yang mempunyai tingkat kecanggihan abstraksi yang rendah biasanya sangat mudah terpengaruh oleh perubahan yang dialami pemeluknya.Salah satu penyebab utama merosotnya peran agama dalam peradaban industri modern adalah karena agama dianggap tidak memiliki kontribusi langsung bagi upaya mengejar kehidupan fisik-material. Bahkan seperti ditandaskan Mahden Ilmuan social Amerika, yang menilai agama sebagai faktor negatif dalam proses modernisasi. Agama bagi mereka adalah suatu penghambat dalam meraih modernisasi. Jadi agama adalah penghambat kemajuan. Anggapan ini telah berakar sejak abad ke-19 seperti dapat dilacak pada pemikiran Comte, Spenser, Marx dan lain-lain.Agama yang mengutamakan kepercayaan akan yang Maha Ghaib, kebersamaan dan berorientasi kepada hidup sesudah mati sangat sulit untuk bisa diterima oleh pemikiran positivistik dan sekularistik, sehingga agama terdepak dari segala aspek kehidupan.Pada sisi lain, krisis peradaban modern, meminjam istilah J.A Camilleri, juga menimbulkan keberantakan yang gejalanya dapat dilihat dalam ketidak seimbangan psiko-sosial, structural, sistematis dan ekologis.Dari dampak yang telah dikemukakan diatas, terlihat jelas peran agama menjadi sangat marginal, karena agama dianggap tidak dapat memberi kontribusi apapun dalam menghadapi tuntutan hidup yang begitu keras dan penuh persaingan. Gejala kemerosotan agama tampak dalam melemahnya doktrin-doktrin yang ada, organisasi agama tidak mampu mengikuti irama dan ritme perubahan social, ritual agama makin sedikit peminatnya, dan pemimpin agama juga menampakkan diri seperti kurang semangat karena tidak berdaya berpacu dengan arus tuntutan hidup budaya materialistic-individualistik, bahkan sangat hedonistik, hal tersebut nampaknya juga merupakan suatu gejala sosial pemimpin agama dewasa ini, dimana sebagian diantara mereka memahami agama secara dangkal, hingga akhirnya “membodohkan umat”.
Agama di lain pihak, dipandang tidak mampu melerai konflik-konflik maupun dis-organisasi sosial bahkan dituding sebagai bermasa bodoh “cuek” terhadap malapetaka kemanusiaan universal.
Namun sebaliknya harus dipahami pula bahwa satu sisi, agamalah yang diharapkan bisa memainkan peranan positif aktifnya dalam mengerem perilaku serakah, brutal, dan mengancam kelangsungan hidup serta mengabaikan sama sekali spiritualitas dan transendentalisme untuk diarahkan kepada kehidupan yang bertatanan ketuhanan, kemanusiaan dan transcendental dalam menuju dunia yang damai dan berperadaban. Disinilah letak peran penting pemimpin agama, untuk dapat menginterpretasi agama, dari berbagai sudut pandang, rasional, universal dan mengejawantah “membumi” sesuai dengan kebutuhan umat dan zaman, hingga agama tidaklah dipandang sebagai momok penghalang dari era modern ini.
Kesimpulan
Upaya preventif, dan menjadi salah satu problem tersulit untuk dihadapi, namun harus menjadi komitmen bersama pemuka agama, adalah mencegah kemerosotan peran agama di tengah era modern ini. Bila ditelaah dari aspek internal upaya pencegahan tergantung pada performance empat isi agama.Pertama, segi doktrin agama, tuntutannya adalah mengupayakan agar ajaran-ajaran agama menjadi kontekstual. Tugas ini tidak gampang. Konservatisme dan ortodoksi pemeluk agama tidak mudah dibelokkan kearah kontekstualisasi. Pola pembelajaran agama (baca: Islam) khususnya, masih terasa kurang diarahkan kepada pembumisasian Qur’an atau membangun “budaya qur’ani”, sebab beberapa fakta dimasyarakat menunjukkan al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan dan aturan hidup muslim, dikenal, dipahami, masih sebatas pada aspek “tahu” (ranah kognitif) atau sebatas ranah ”knowing The Good”, al-Qur’an sebagai landasan hidup, di masyarakat pada umumnya baru sebatas level“hafalan”, artinya tugas bersama umat muslim tanpa terkecuali, untuk bersama memahami (kognitif) secara komprehensif, universal tidak parsial, bukan hanya sebatas pemahaman literal, tetapi lebih dari itu memahami secara radikal apa maksud dari suatu ayat, selanjutnya, pembelajaran al-Qur’an harus menyentuh aspek afektif (dirasakan dan dicintai) ”Loving The Good”, terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari ajaran-ajaran dalam al-Qur’an dalam semua aspek kehidupan (aspek psikomotorik), ”Acting The Good”.
Kedua, pelembagaan agama ke dalam organisasi akan terhadang oleh arus sekularisai yang begitu gigih memutuskan kaitan antara yang profane dengan yang imanen. Agama diputukan hubungannya dengan masalah kenegaraan, karena keberagamaan adalah urusan pribadi yang tidak perlu dicampurtangani oleh pemerintah. Inilah debirokratisasi agama. Kondisi seperti ini tentunya masih perlu dipikirkan kembali.
Ketiga, ritual agama yang dianggap menghambat produktivitas ekonomi masyarakat. Penyegaran ritus agama juga tidak mudah karena harus pula berpegang pada kadar otentisitasnya. Menghindari tuduhan bahwa agama sarat dengan superstisi, takhayul, bid’ah, khurafat dengan sendirinya terkait pada rasionalisasi ritual-ritual agama. Agama yang paling sedikit dan efisien ritualnya akan memiliki masa depan yang lebih baik. Beralihnya orang kepada mistisisme adalah salah satu manifestasi dari proposisis ini.Keempat, aspek kepemimpinan agama, tuntutan terberat adalah pengadaan pemimpin “mumpuni, handal, memiliki kualifikasi keilmuan yang komprehensif, mendalam”, dalam arti memilki penguasaan mendalam terhadap totalitas ajaran agama dan dinamika yang menyertainya serta memilki wawasan dan pemahaman yang memadai pula tentang perikehidupan masyarakat industri modern dengan segala atributnya. Disini ia pun dituntut memiliki kmampuan komunikasi kepada berbagai pihak. Disamping itu, secara personality yang terpenting dari seorang “pemimpin agama” ia harus memiliki “good character”, artinya pemimpin bukan hanya pandai berbicara, namun ia menjadi “uswah hasanah”.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim.Abraham, M. Francis, Modernisasi Dunia ke-3, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1984
Davis, W, Religion and Development : Weber and The East Asian Experiance dalam M. Weiner and S.P. Huntington (eds), Understanding Political Development,
Boston: Little Brown and Company, 1987.
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Harrington, Michael, The Other America,
Baltimore: Penguin Books, 1968.
Hussain, Asaf, Political Perspective in The Muslim World,
London: Mac Millan, 1984.

Huntington, P. Samuel, The Clash Of Civilization and Remaking Of The World, Terj. Benturan Antar Peradaban,
Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2000.
Imtiaz, Modernization and Social Change Among Muslims in India,
New Delhi: Manohar, 1983.
Lerner, Daniel, The Passing Of Traditional Society, Glencoe: Free Press, 1958.
___, International Encyclopedia Of Social Sciences, Vol. 9, 10,
New York: The Macmillan Company and The Free Press, 1968.
Light, Donald Jr, Suzanne Keller, Sociology,
New York: Alfred A. Knopf, 1982.
Madjid, Nurcholish, Islam dan Doktrin Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992.
Mickey., J.P., et. al, A History Of World Society,
Boston: Houghton Mifflin Company, 1984.
Poole, R, Morality and Modernity,
London: Routledge, 1991.
Robertson, James, Alternatif Yang Sesat: Pilihan Untuk Masa Depan, Jakarta: YOI, 1990.
Wrihgt, T.P., Indveted Modernization of Indian Muslims By Revivalists, dalam Imtiaz.
Zanden, Vander, Jame W, The Social Experience An Introduction To Sociology,
New York: Random House, 1988.